Rabu 13 Feb 2019 13:43 WIB

Sidang Tanwir Muhammadiyah Ingatkan Cita-Cita Bangsa

Muhammadiyah ingin mengingatkan akan cita-cita bangsa harus kembali ditegaskan.

Rep: mabruroh/ Red: Dwi Murdaningsih
Sekretaris Jenderal MUI, Anwar Abbas
Foto: Republika TV/Havid Al Vizki
Sekretaris Jenderal MUI, Anwar Abbas

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Muhammadiyah akan menyelenggarakan sidang tanwir pada 15 Februari sampai 17 Februari 2019. Sidang Tanwir atau rapat kerja ini akan dilaksanakan di Bengkulu dengan tema 'Beragama yang Mencerahkan'.

"Ini artinya Muhammadiyah akan berusaha dan berjuang untuk bagaimana caranya supaya ketentuan-ketentuan yang ada dalam ajaran Islam tersebut bisa dipahami dan dilaksanakan dengan baik oleh para anggotanya dan umat Islam," kata Ketua PP Muhammadiyah, Anwar Abbas dalam siaran pers yang diterima Republika.co.id pada Rabu (13/2).

Muhammadiyah ingin mengingatkan akan cita-cita bangsa harus kembali ditegaskan.

Agar Indonesia menjadi negeri yang maju dan berkeadilan serta rakyatnya dapat hidup dalam kemakmuran.

"Agar bangsa dan negara ini bisa berkembang menjadi bangsa yang maju,  bermartabat dan berdaulat dan kita tidak ingin negeri ini tidak dihargai dan tidak dihormati oleh bangsa-bangsa lain di dunia," kata dia.

Anwar berujar, Indonesia harusnya bisa menjadi bangsa yang mampu dan dapat  mengelola potensi yang ada dengan baik. Dengan begitu maka Indonesia akan tampil sebagai bangsa dan negara yang kuat dan disegani oleh bangsa-bangsa lain di dunia.

"Untuk itu Muhammadiyah mengimbau para pemimpin negeri ini di semua level dan tingkatannya agar menghayati dan menjadikan agama sebagai pola pikir dan pola tindak yang terintegrasi antara kata dan tindakan, karena dengan itulah  Indonesia akan bisa menjadi negara dan bangsa yang kuat," kata dia.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
يَسْتَفْتُوْنَكَۗ قُلِ اللّٰهُ يُفْتِيْكُمْ فِى الْكَلٰلَةِ ۗاِنِ امْرُؤٌا هَلَكَ لَيْسَ لَهٗ وَلَدٌ وَّلَهٗٓ اُخْتٌ فَلَهَا نِصْفُ مَا تَرَكَۚ وَهُوَ يَرِثُهَآ اِنْ لَّمْ يَكُنْ لَّهَا وَلَدٌ ۚ فَاِنْ كَانَتَا اثْنَتَيْنِ فَلَهُمَا الثُّلُثٰنِ مِمَّا تَرَكَ ۗوَاِنْ كَانُوْٓا اِخْوَةً رِّجَالًا وَّنِسَاۤءً فَلِلذَّكَرِ مِثْلُ حَظِّ الْاُنْثَيَيْنِۗ يُبَيِّنُ اللّٰهُ لَكُمْ اَنْ تَضِلُّوْا ۗ وَاللّٰهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيْمٌ ࣖ
Mereka meminta fatwa kepadamu (tentang kalalah). Katakanlah, “Allah memberi fatwa kepadamu tentang kalalah (yaitu), jika seseorang mati dan dia tidak mempunyai anak tetapi mempunyai saudara perempuan, maka bagiannya (saudara perempuannya itu) seperdua dari harta yang ditinggalkannya, dan saudaranya yang laki-laki mewarisi (seluruh harta saudara perempuan), jika dia tidak mempunyai anak. Tetapi jika saudara perempuan itu dua orang, maka bagi keduanya dua pertiga dari harta yang ditinggalkan. Dan jika mereka (ahli waris itu terdiri dari) saudara-saudara laki-laki dan perempuan, maka bagian seorang saudara laki-laki sama dengan bagian dua saudara perempuan. Allah menerangkan (hukum ini) kepadamu, agar kamu tidak sesat. Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.”

(QS. An-Nisa' ayat 176)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement