REPUBLIKA.CO.ID, PURWAKARTA -- Bapak tiga anak, asal Kampung Sindangsari, Desa Parakan Lima, Kecamatan Jatiluhur, Kabupaten Purwakarta, nekat mengakhiri hidupnya dengan cara gantung diri. Korban, yakni Dadi (55 tahun) yang merupakan buruh serabutan. Dugaan sementara, korban frustasi akibat penyakit menahunnya tak kunjung sembuh.
Kapolsek Jatiluhur Kompol Deni Hamari, membenarkan bila ada kasus gantung diri di wilayah hukumnya. Diduga, korban memiliki riwayat penyakit diabetes yang sudah lama diidapnya. Serta, agak terganggu juga kejiwaanya.
"Kami, mendapat informasi karena yang bersangkutan sering kali frustasi akan penyakitnya," ujar Deni, kepada sejumlah media, Rabu (13/2).
Sebelum meninggal akibat bunuh diri, sambung Deni, korban sering keluar rumah tanpa tahu pergi kemana. Sehingga, sering kali dicari oleh pihak keluarga maupun tetangganya.
Termasuk, saat Rabu pagi ini, keluarga kehilangan korban. Sebab, dicari pukul 05.00 WIB di kamar tidurnya korban tidak ada. Satu jam kemudian, korban ditemukan keluarganya telah menggantung di salah satu gubuk yang tak jauh dari rumahnya.
Deni menjelaskan, bapak tiga anak itu ditemukan pertama kali oleh istrinya, Tati. Tati merasa curiga, lantaran suaminya tidak ada di kamar tidur. Kecurigaannya ini, sangat mendasar. Sebab, korban sering pergi entah kemana dan selalu mengeluhkan soal penyakitnya tersebut.
"Korban, ditemukan dengan posisi tergantung menggunakan tali plastik. Namun, saat diturunkan, korban masih bernafas. Tetapi, kondisinya sudah kritis," ujarnya.
Korban pun sempat dibawa ke rumahnya oleh warga sekitar. Namun, nyawanya tidak berhasil di tolong sesaat setelah diletakkan di ruang tengah rumahnya.
Kepala Desa Parakanlima, Jaya Permana mengaku bahwa korban adalah sosok yang baik. Dia menduga, selain karena penyakitnya, korban bunuh diri karena rasa frustasi.
"Yang kami dengar, korban sudah frustasi dengan penyakitnya. Sedangkan masalah lain, seperti ribut dengan tetangga ataupun keluarga, kami pastikan tidak ada," ujarnya.
Meskipun telah ada pihak kepolisian dari unit identifikasi, pihak keluarga menolak untuk dilakukan visum maupun autopsi kepada korban. Kepolisian yang datang pun hanya melakukan olah TKP di gubuk, yang menjadi tempat korban bunuh diri. Selanjutnya, korban dipulasara pihak keluarga untuk segera dimakamkan.