Kamis 14 Feb 2019 04:00 WIB

Ilhan Omar yang Dikecam karena Kritik Terhadap Israel

Trump meminta Ilhan Omar mundur.

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Teguh Firmansyah
Muslimah di kongres AS, Ilhan Omar
Foto: EPA
Muslimah di kongres AS, Ilhan Omar

REPUBLIKA.CO.ID, Anggota Kongres Amerika Serikat (AS) Ilhan Omar tak menduga akan memperoleh banyak kecaman ketika mengunggah cicitan di akun Twitter pribadinya yang dianggap anti-Semit.

Salah satu Muslim pertama yang duduk di Kongres mungkin juga lengah bahwa cicitannya secara langsung menyinggung kelompok lobi paling berpengaruh di AS, yakni The American Israel Public Affairs Committee (AIPAC).

Kecaman terhadap Omar bermula dari pemanggilan dirinya dan Rashida Tlaib oleh Pemimpin Minoritas Republik Kevin McCarthy. Hal itu dilakukan setelah Omar menuding miliarder Yahudi berusaha "membeli" pemilu sela AS tahun lalu.

Seorang advokat dan jurnalis AS Glenn Greenwald kemudian mengomentari pemanggilan Omar dan Tlaib melalui akun Twitter pribadinya. "Pemimpin GOP (Partai Republik) Kevin (McCarthy) mengancam hukuman untuk Ilham (Omar) dan Rashida (Tlaib) atas kritik mereka terhadap Israel. Sungguh mengherankan berapa banyak waktu yang dihabiskan para pemimpin politik AS untuk membela negara asing meskipun itu berarti menyerang hak kebebasan berbicara Amerika," kata dia.

Cicitan Greenwald kemudian direspons Omar. "Ini semua tentang Benjamins, sayang," katanya merujuk pada pecahan uang 100 dolar AS yang bergambar mantan presiden AS Benjamin Franklin.

Trump Desak Ilhan Omar, Muslimah Pertama di Kongres AS Agar Mundur.

Ketika ditanya apa maksud komentarnya, Omar menjawab, "AIPAC!". Pernyataan Omar itu seketika menuai kritik dari banyak kalangan politisi di AS, baik dari kalangan Republik maupun Demokrat. Presiden AS Donald Trump pun turut mengecamnya.

Trump bahkan mendesak agar Omar mundur dari jabatannya di Kongres. "Anti-Semitisme tidak memiliki tempat di Kongres Amerika. Dan saya pikir dia harus mengundurkan diri dari Kongres atau seharusnya dia mengundurkan diri dari Komite Urusan Luar Negeri House (of Representative)," kata Trump pada Rabu (13/2).

Omar sendiri telah meminta maaf atas pernyataanya di Twitter. "Anti-Semitisme itu nyata dan saya berterima kasih kepada sekutu dan kolega Yahudi yang mendidik saya tentang sejarah menyakitkan dari anti-Semit," katanya dalam sebuah pernyataan, dikutip Haaretz.

Omar mengaku tidak bermaksud menyinggung konstituennya atau Yahudi Amerika secara keseluruhan.  Namun terlepas dari kontroversi pernyataannya, Omar dianggap telah membongkar tabu untuk mengkritik AIPAC.

AIPAC didirikan pada 1951 oleh pemimpin Yahudi-Amerika sebagai kelompok kepentingan yang memiliki misi memajukan tujuan Israel di AS. AIPAC telah berkembang menjadi salah satu kelompok lobi paling kuat di Negeri Paman Sam. Hingga saat ini, anggota AIPAC telah mencapai lebih dari 100 ribu orang di seluruh AS.

Adapun pengaruh AIPAC dalam politik Amerika berasal dari sumbangan-sumbangan yang digelontorkan para anggotanya. Uang sumbangan tersebut diberikan kepada mereka yang hendak meraih jabatan politik, baik di tingkat negara bagian maupun nasional.

Pemerintahan Donald Trump saat ini diketahui telah mengabulkan salah satu tuntutan AIPAC, yakni mengakui Yerusalem sebagai ibu kota Israel pada Desember 2017. AS menjadi negara pertama yang melakukan hal tersebut. Keputusan Trump mengakui Yerusalem sebagai ibu kota Israel memicu kritik serta protes dari dunia internasional, terutama negara-negara Arab dan Muslim.

Kendati demikian, langkah Trump mengakui Yerusalem sebagai ibu kota Israel memang dilindungi undang-undang (UU) AS, yakni Jerusalem Embassy Act. Terbitnya UU itu pun tak terlepas dari peranan AIPAC. Pada 1995, AIPAC berhasil melobi Kongres untuk memberlakukan UU tentang pemindahan kedutaan besar AS di Israel ke Yerusalem. Jerusalem Embassy Act kemudian menjadi UU publik AS.

Pada konferensinya tahun lalu, AIPAC merumuskan sejumlah misi yang hendak dicapainya, salah satunya adalah membatasi bantuan finansial AS kepada Otoritas Palestina. Hal itu dilakukan agar Otoritas Palestina tak memiliki daya dan kekuatan untuk melawan pendudukan Israel.

AIPAC pun menyusun skema agar AS menyetop bantuan keuangan kepada keluarga tahanan Palestina yang kini mendekam di penjara Israel. Mereka yang ditahan adalah orang-orang yang melawan pendudukan Israel. 

Selama ini, bantuan AS cukup dibutuhkan oleh keluarga tahanan Palestina. Sebab tulang punggung perekonomian mereka telah ditangkap dan dipenjara oleh Israel.

Tak hanya itu, AIPAC juga berencana mematikan gerakan boikot, divestasi, sanksi (BDS). BDS merupakan gerakan perlawanan dan penentangan terhadap pendudukan Israel atas Palestina yang diwujudkan dengan cara pemboikotan secara ekonomi dan budaya.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement