Rabu 13 Feb 2019 21:37 WIB

Bagaimana Islam Memandang Sihir? (9-Habis)

Ada cara-cara berlindung dari serangan sihir

(ilustrasi) nyala lilin
Foto: tangkapan layar pixnio.com
(ilustrasi) nyala lilin

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bagaimana menolong korban sihir? Wahid bin Abdussalam Bali (1995) mengutip sebuah hadis yang disahihkan al-Albani, sebagaimana dirawikan dari ‘Aisyah. Bahwa ketika Rasulullah SAW mendapati seorang wanita sedang mengobati ‘Aisyah dan me-ruqyah-nya.

Kemudian, Rasulullah SAW bersabda, “Obatilah dengan kitabullah.” Dengan demikian, simpul Wahid, Alquran dapat menjadi penawar bukan hanya terhadap serangan sihir atau kerasukan setan, melainkan juga penyakit-penyakit tubuh.

Baca Juga

Satu contoh bentuk serangan jahat adalah sihir pemisah. Dengan itu, umpamanya, pasangan suami-istri dapat berubah mendadak. Dari yang saling mencintai menjadi saling membenci. Nauzubillah.

Dalam Alquran surat al-Baqarah ayat 102 dijabarkan, salah satu efek sihir adalah cerainya antara seorang suami dan istrinya. Namun, lanjut Wahid, sihir pemisah tidak hanya menarget pasangan suami-istri. Bisa juga antara anak dan ibu atau ayah kandungnya, saudara sekandung, serta hubungan persahabatan.

Ada tanda-tanda sihir pemisah bekerja. Di antaranya, muncul perubahan mendadak. Dari keadaan saling menyukai, menjadi saling tidak suka. Kemudian, timbulnya saling meragukan satu sama lain. Kondisi tadi berlanjut pada hilangnya rasa saling pengertian dan suka membesar-besarkan persoalan yang sangat sepele.

Dalam kasus suami-istri, masing-masing melihat pasangannya dalam gambaran yang jelek, meskipun pasangannya itu berparas rupawan. Menurut Wahid, gambaran buruk itu adalah kiat setan untuk mengelabui. Efeknya, sang suami menjadi benci melihat istrinya. Setali tiga uang, istri melihat suaminya bak sosok yang mengerikan.

Kedamaian rumah tangga dapat sirna karena apa saja yang dilakukan pasangan menjadi sumber kebencian yang tak beralasan. Mengenai fenomena itu, Ibnu Katsir berkata, “Penyebab perpisahan antara suami dengan istrinya karena sihir adalah hal yang digambarkan kepada si suami atau si istri dengan penggambaran bentuk yang buruk.”

Bagaimana sihir pemisah ini bermula? Wahid menjelaskan, awalnya orang yang tidak senang pasangan suami-istri itu mendatangi tukang sihir. Setelah memberi tahu nama si suami atau istri yang dimaksud (biasanya beserta nama ibu kandung), maka penyihir itu meminta benda yang pernah melekat pada tubuh sang target.

Benda itu bisa berupa helaian rambut, pakaian, dan sebagainya. Jika barang-barang demikian tidak ada, maka dapat digantikan dengan air. Penyihir kemudian meminta rekannya itu agar menuangkan air tadi untuk dijampi-jampi. Lalu, air itu dituang di sepanjang jalan yang biasa dilalui si target.

Bisa pula dituangkan pada makanan atau minuman yang biasa dikonsumsi si target. Untuk melepas pengaruh sihir pemisah itu, Muslim disarankan agar menemui ustaz atau ulama segera.

Bagaimanapun, seorang Muslim dapat mencegah diri dan keluarganya dari upaya-upaya sihir. Secara umum, kita dapat meningkatkan penerapan ajaran Islam dalam kehidupan sehari-hari.

Bukan hanya soal ibadah pribadi, melainkan juga tata perilaku atau interaksi sosial yang lebih Islami. Selain itu, seorang Muslim dapat merutinkan zikir dan mengaji Alquran. Misalnya, dengan sering-sering membaca Ayat Kursi, surat al-Ikhlas, al-Falaq, dan an-Nas di akhir shalat lima waktu. Tidak lupa pula, rutin membaca doa untuk memohon perlindungan Allah agar diri terjaga dari marabahaya dan niat jahat orang lain.

sumber : Islam Digest Republika
BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement