REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Harian Dewan Pengurus Masjid (DMI) Syafruddin menemui Nasir Al Zahrani selaku General Supervisor pendirian Museum Assalamu Alaika Ya Rasulullah di Makkah. Dalam pertemuan tersebut, Nasir menjelaskan perkembangan dari rencana pendirian museum di berbagai negara.
“Alhamdulillah sangat disambut hangat oleh pemerintah Kerajaan Saudi serta sejumlah mukti dan pimpinan pemerintahan di Timur Tengah,” kata Nasir melalui keterangan tertulis yang diterima Republika.co.id, Rabu (13/2).
Ketua Harian Dewan Pengurus Masjid (DMI) Syafruddin menemui Nasir Al Zahrani selaku General Supervisor pendirian Museum Assalamu Alaika Ya Rasulullah di Makkah, Rabu (13/2)
Hingga saat ini, sebanyak 25 negara telah menawarkan diri untuk membangun museum Rasulullah. Menurut Nasir, museum Assalamu Alaika Ya Rasulullah, akan menjadi museum moderen terlengkap dengan sistem digital atau alat peraga yang canggih. Sehingga seluruh pengunjung baik umum maupun Muslim akan mendapat informasi tentang Nabi Muhammad dan Islam yang penuh cinta kasih.
Menurut Ketua Harian DMI, Syafruddin, pesan-pesan dari museum ini sangat penting diketahui generasi muda kini maupun yang akan datang, sehingga gambaran jejak tentang Islam tidak terputus. Indonesia, kata Syafruddin, sebagai negara berpenduduk Muslim terbesar di dunia, sangat berkepentingan dan relevan untuk menjadi salah satu negara yang ikut mengembangkan Museum Assalamu Alaika Ya Rasulullah.
Ketua Harian Dewan Pengurus Masjid (DMI) Syafruddin menemui Nasir Al Zahrani selaku General Supervisor pendirian Museum Assalamu Alaika Ya Rasulullah di Makkah.
“Karena museum tersebut dapat menjadi forum pembelajaran tentang Islam sekaligus obyek wisata religius,” kata Syafruddin. Meski begitu, dia mengatakan akan mendiskusikan kembali hal ini dengan Ketua Umum DMI, sekaligus Wakil Presiden Republik Indonesia, Jusuf Kalla.
Menurut Syafruddin, segala keputusan tentang pembangunan museum tersebut akan diserahkan kepada Ketua DMI HM Jusuf Kalla. Syafruddin juga mengundang Nasir Al Zahrani yang sehari-hari mengajar di Universitas Ummul Quro Makkah untuk berkunjung ke Jakarta. Salah satu tujuaannya agar dia bisa melihat perkembangan Islam yang toleran di Indonesia.