REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- BTPN Syariah baru saja menggelar Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) pertama setelah resmi melakukan penawaran saham perdana atau Initial Public Offering (IPO) pada Mei 2018 lalu. Dalam rapat itu disepakati laba yang diperoleh pada tahun lalu tidak dibagikan dalam bentuk dividen.
"Jadi pembagian dividen belum tahun ini. Tadi pemegang saham menyetujui laba 2018 digunakan untuk memperkuat permodalan tahun ini," ujar Direktur Kepatuhan BTPN Syariah Arief Ismail saat ditemui usai RUPST di Menara BTPN, Jakarta, Kamis (14/2).
Ia menjelaskan, dengan memperkuat permodalan, perseroan ingin menjaga pertumbuhan pembiayaan agar sesuai rencana. Diharapkan pembiayaan bisa tumbuh lebih baik pada 2019.
"Kalau di annual report diharapkan tumbuh sekitar 8,3 persen pada 2019," kata Arief. Sebelumnya per 31 Desember 2019, pembiayaan tumbuh 20,2 persen dibandingkan tahun sebelumnya, atau dari Rp 6,05 triliun menjadi Rp 7,27 triliun.
Lebih lanjut, kata Arief, dividen akan mulai dibagikan pada 2020. Jadi dividen tersebut merupakan keuntungan atau laba bersih sepanjang 2019.
Sebagai informasi, BTPN Syariah membukukan laba bersih sebesar Rp 965 miliar pada 2018. Angka tersebut meningkat 44 persen dibandingkan tahun sebelumnya.
"Kami bersyukur bisa melewati 2018 dengan baik. Kami berterimakasih kepada stakeholders yang terus memberikan kepercayaan kepada kami untuk terus berdayakan keluarga prasejahtera produktif," tutur Direktur Utama BTPN Syariah Ratih Rachmawaty pada kesempatan serupa.