REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- BNI Syariah menargetkan naik kelas jadi BUKU III pada 2019. Sejumlah strategi dipersiapkan termasuk Innitial Public Offering (IPO) dan penyuntikan dana dari pemegang saham utama.
Direktur Bisnis BNI Syariah, Dhias Widhiyati mengatakan IPO memang termasuk salah satu strategi yang dipertimbangkan untuk pertumbuhan anorganik.
"Tahun ini yaa insyaAllah," kata dia pasca paparan kinerja BNI Syariah, Kamis (14/2) di kantor pusat BNI Syariah di Tempo Pavilion I, Kuningan, Jakarta Selatan.
Sejumlah strategi lain yang menjadi pertimbangan diantaranya kemitraan strategis, dan suntikan modal dari pemegang saham. Paling mudah, katanya, tentu adalah setoran modal inti.
"Namun kami berupaya dan berjuang dulu, supaya bisa BUKU III tahun ini," kata dia.
Saat ini, posisi modal inti BNI Syariah sekitar Rp 4,2 triliun. Untuk menjadi BUKU III, modal inti minimal harus mencapai Rp 5 triliun. Dhias menyampaikan, untuk memenuhi kekurangan BNI berupaya mencapai pertumbuhan laba tinggi hingga 32 persen.
Dalam Rencana Bisnis Bank (RBB), BNI Syariah targetkan laba Rp 550 miliar pada 2019. Sehingga untuk menutupi kekurangan bisa melalui capital injection atau IPO. Sementara, pemegang saham meminta target laba mencapai Rp 868 miliar.
Pembiayaan di sektor konsumer menjadi salah satu andalan untuk bertumbuh pada 2019. SEVP Bisnis Ritel dan Jaringan Iwan Abdi mengatakan sektor ini diharapkan tumbuh 10 persen. Pada 2018, sektor ini menyumbang 49,17 persen dari total komposisi pembiayaan sebesar Rp 13,92 triliun.
Tahun ini, sektor komersil dan segmen kecil menengah juga akan berusaha diperkuat. Diharapkan penyebarannya bisa meminimalkan risiko sehingga rasio pembiayaan macet atau Non Performing Financing (NPF) bisa lebih ditekan.
Pada 2018, NPF 2,98 persen disumbang sektor mikro sebesar 5,13 persen. Tahun ini, diharapkan NPF bisa dijaga pada 2,75 persen. Sementara itu fee based income ditargetkan naik 20 persen dari Rp 150 miliar menjadi Rp 180 miliar.