REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Direktur UNICEF Perwakilan Pulau Jawa, Arie Rukmantara mengatakan perlu upaya bersama untuk menekan angka stunting di DI Yogyakarta. Hal itu dapat dilakukan melalui intervensi atau campur tangan, baik dari pemerintah, masyarakat maupun pihak yang peduli dengan masalah ini.
Menurut Arie, di DIY banyak makanan atau kudapan kaki lima yang tidak memenuhi standar kesehatan makanan. Padahal, adanya lapak-lapak pedagang kaki lima di DIY sudah menjadi budaya.
Tentu, dalam mengatasi hal ini tidak harus dengan menghilangkan budaya itu sendiri. Namun, harus ada kesadaran dari berbagai pihak untuk menyediakan makanan sehat dan bergizi. Terutama untuk anak-anak dan remaja.
"Nomor satu, tidak mendikotomikan antara street food sama healthy food, seharusnya ada komunikasi bahwa street food bisa sehat, itu harus diintervensi," kata Arie beberapa waktu lalu.
Di DIY pun pertumbuhan ekonomi yang cukup bagus. Namun, masalah stunting pun masih terjadi. Ia pun curiga, stunting yang terjadi karena masih adanya masyarakat yang belum mendapat akses informasi terkait penyebab stunting ini. Hal ini lah yang masih menjadi tantangan terkait stunting di DIY.
"Kita curiga ada beberapa keluarga pra sejahtera yang belum mendapatkan akses informasi tentang gizi, terutama parenting. Saya rasa tantangan stunting di DIY bukan dari ketika lahir, tapi dari pra lahir," katanya.
Hal ini harus terus dipantau agar stunting ini dapat dicegah dan ditanggulangi bersama. Sehingga, anak-anak maupun remaja mendapatkan makanan yang sehat dan bergizi.
"Anak harus dipastikan sehat, dapat gizi yang cukup. Ketika remaja gizi cukup, hingga pas lahir, gizi dan berat anaknya optimal," ujarnya.