REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Anggota Direktorat Advokasi dan Hukum Badan Pemenangan Nasional (BPN) Prabowo-Sandiaga, Ferdinand Hutahaean menilai banyaknya temuan kotak suara yang rusak dikhawatirkan menghambat proses pemilu. BPN khawatir banyak kotak suara tidak bisa digunakan pada pemilu 17 April 2019 mendatang.
"Ini akan menjadi masalah besar bagi demokrasi kita, inilah yang selalu kita khawatirkan dulu terhadap KPU mengapa mengadakan kotak suara dari kotak kardus yang sama sekali tidak mampu menjaga suara masyarakat," ujar Ferdinand kepada Republika.co.id, Jumat (15/2).
Menurutnya KPU seharusnya berpikir jernih. Sejak awal ia juga menyayangkan keputusan KPU yang memakai kotak berbahan dasar kardus sebagai kotak suara. "Kalau pengamannya saja cuma kardus yang gampang rusak oleh air apalagi kena api? Ini kan akan mengancam barang bukti dari hasil suara rakyat yang dipungut pada saat hari pemilu 17 April nanti," katanya menjelaskan.
Politikus Partai Demokrat tersebut berharap agar KPU bisa lebih mewaspadai agar hl=hal yang tidak diinginkan terjadi. Apalagi, imbuhnya, akhir-akhir ini bertepatan dengan musim hujan. "Kita minta KPU mengantisipasinya setidak-tidaknya menjaga gudang KPU menyimpan kotak suara dengan baik," ujarnya.
Sementara itu Juru Bicara BPN Suhud Aliynudin menilai masalah kotak suara harus menjadi perhatian serius semua pihak. Hal itu terbukti banyak kotak suara banyak adanya temuan kotak suara yang rusak. "Dikhawatirkan menjadi celah munculnya praktek kecurangan," ucapnya.
Oleh karena politikus PKS itu menilai kerjasama seluruh stakeholder, baik KPU, Bawaslu, aparat keamanan, LSM Pemilu dan elemen masyarakat, harus semakin ditingkatkan. Sehingga kekacauan pemilu yang disebabkan kotak suara yang mudah rusak bisa dicegah. "Yang terpenting, semua pihak harus menjunjung tinggi asas kejujuran agar hasil pemilu memiliki legitimasi yang kuat," imbaunya.