REPUBLIKA.CO.ID, BIRMINGHAM – Sebanyak 300 wali murid Muslim menggelar aksi protes di luar gerbang sekolah komunitas Parkfield di Birmingham, Inggris.
Mereka memprotes pelajaran tentang kesetaraan gender dan homoseksualitas yang diajarkan pada siswa.
Bahkan beberapa demostran mengatakan akan meninggalkan Inggris daripada membiarkan anak-anaknya terus hadir di sekolah itu.
Para siswa pun tak mengikuti pelajaran, mereka bergabung dengan demonstran sambil memegang pakar bertuliskan 'Pendidikan bukan indoktrinasi’ dan 'Biarkan anak-anak menjadi anak-anak’.
Protes itu dilakukan ditengah kampanye menentang pelajaran kesetaraan gender di sekolah itu. Para orang tua di daerah yang mayoritas Muslim itu mengatakan sekolah itu tengah mempromosikan homoseksualitas.
Aksi itu juga diikuti seorang Kristiani yang turut bergabung menunjukan solidaritasnya.
Kemarahan para orang tua di Parkfield Brimingham itu ditujukan pada Andrew Moffat yang menjabat Asisten Kepala Sekolah Parkfield Brimingham.
Moffat disebut berada dibalik uji coba No Outsiders yakni program yang merupakan bagian dari pendidikan seks (SRE).
Moffat dinilai berupaya mengajarkan anak-anak tentang Undang-undang; kesetaraan dan nilai-nilai Inggris.
Di sekolah itu dalam setahun siswa diajarkan beberapa bidang pelajaran yang seperti diuraikan dalam undang-undang seperti usia, kecacatan, penggantian kelamin, perkawinan, kehamilan, ras, agama atau kepercayaan, jenis kelamin, dan orientasi seksual.
Program ini pertama kali diujicoba pada 2014 dan saat ini telah diajarkan di sejumlah sekolah di Inggris.
Salah satu demostran yang memiliki putri yang juga telah empat tahun belajar di sekolah itu, Mariam Ahmed, mengatakan dirinya telah mengorganisasi petisi menolak uji coba No Outsiders itu.
“Apa yang mereka ajarkan tak benar, anak-anak terlalu muda. Ada sembilan bagian dari undang-undang dan mereka hanya fokus pada satu tentang homoseksual, itu salah,” kata Ahmed seperti dilansir Daily Mail UK pada Jum'at (15/2).
Ahmed mengatakan dirinya mempertimbangkan untuk mengeluarkan putrinya dari sekolah itu.
Sementara itu Moffat mengatakan dia telah mencoba bertemu orang tua siswa, namun hal itu tak terjadi melihat demonstran semakin agresif. Dia mengatakan menerima ancaman dari orang tua secara online.
“Saya merasa sangat terancam. Namun, yang membuat saya terus maju adalah dukungan dari sekolah yang benar-benar brilian, Ofsted [dan] dewan kota, " katanya.
Saat ini anak-anak kelas lima, berusia sembilan dan sepuluh tahun, diajari tentang pubertas dan reproduksi. Banyak anak di bawah 11 tahun saat ini belajar tentang hubungan personal, sosial, kesehatan, dan ekonomi (PSHE) meski ini tidak wajib.