REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Komisioner KPAI bidang Pendidikan Retno Listyarti mengatakan, kasus 14 siswa yang memiliki penyakit HIV/AIDS harus meninggalkan bangku sekolah di salah satu Sekolah Dasar Negeri (SDN) di kota Solo, Jawa Tengah. Sebab, para orang tua murid di sekolah tersebut tidak mau anak-anak nya terkena penyakit HIV/AIDS.
"Saya heran deh, penyakit HIV/AIDS itu menular melalui cara yang signifikan seperti cairan, bukan melalui sentuhan. Mereka itu butuh diobati dan pertolongan dari kami. Bukan dijauhi dan menjadi anak yang terisolir," ujarnya di kantor KPAI, Menteng, Jakarta Pusat, Jumat ( 15/2).
Menurutnya, kasus ini sudah sering terjadi dan harus ada solusi kongkret. Retno mengaku telah mengirim surat ke Kementerian Kesehatan dan bekerja sama dengan Kemendikbud terkait adanya anak pengidap HIV. Kemudian, Retno mengusulkan harusnya ada iklan layanan masyarakat yang memberikan informasi secara terperinci tentang HIV/ AIDS.
"Banyak yang tidak tahu informasi tentang HIV/AIDS, kalau ada iklan layanan masyarakat kan jadi jelas masyarakat harus bertindak seperti apa, seperti waktu itu ada iklan penyakit epilepsi, kan kami jadi tahu dan tidak takut dengan orang yang memiliki penyakit epilepsi," katanya.
Sementara itu, Retno menjelaskan kasus anak dengan penyakit HIV/AIDS ada sejak 2011. Dimana, seorang anak SMA belum jelas memiliki penyakit HIV/AIDS tetapi bapak dari anak itu sakit HIV/AIDS. Anak tersebut harus di tes HIV/AIDS baru sekolah mau menerima.
"Tapi atas desakan lainnya, pihak sekolah swasta ini meminta maaf dan menerima anak itu," ucapnya.
Sementara itu, pada 2012, ada seorang anak TK di Gunung Kidul, Yogyakarta, ibunya menderita HIV/AIDS. Anak tersebut tidak sekolah dan akhirnya uang yang dibayarkan ke sekolah dikembalikan. Tidak hanya itu, pada 2018, di desa Nainggolan, Kabupaten Samosir, Sumatra Utara, ada enam anak yatim piatu yang terkena penyakit HIV/AIDS. Anak- anaknya sekarang ditampung di gereja HKBP. Tidak ada yang mau mengasuh sama sekali.
Retno berharap dunia pendidikan harus menompang antar sesama dan membangkitkan semangat satu sama lain. Orang tua dan guru harus bekerja sama untuk mengerti tentang HIV/AIDS. "Gurunya harus dibina. Kunci guru meyakini orang tua murid kalau penyakit HIV/AIDS ini tidak menular secara sentuhan jangan malah menyuruh menjauhi anak-anak yang terkena penyakit HIV/AIDS," ucapnya.