Sabtu 16 Feb 2019 19:10 WIB

Merkel: Cina Harus Ikut Perundingan Senjata

Rusia dan AS sedang berselisih soal kesepakatan INF.

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Teguh Firmansyah
Militer Cina (ilustrasi)
Foto: EPA/IGOR KOVALENKO
Militer Cina (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, MUNCHEN -- Kanselir Jerman Angela Merkel mengatakan, Cina harus bergabung dalam perundingan perlucutan senjata. Menurut dia, isu tersebut tidak melulu harus dibicarakan oleh Rusia dan Amerika Serikat (AS).

"Perlucutan senjata adalah sesuatu yang kita semua harus hadapi dan kita semua harus berkonsentrasi. Tidak hanya AS dan Rusia harus mengadakan pembicaraan tentang masalah itu, Cina juga harus bergabung dengan mereka," kata Merkel saat berbicara dalam konferensi keamanan di Munchen, Jerman, Sabtu (16/2), dikutip laman kantor berita Rusia TASS.

Baca Juga

Saat ini Rusia dan AS sedang berselisih tentang kesepakatan Intermediate-range Nuclear Forces (INF). Perjanjian tersebut melarang kedua negara untuk memiliki atau memproduksi rudal nuklir dengan daya jangkau 500-5.500 kilometer.

Kedua negara telah menyatakan menangguhkan keterikatannya dalam perjanjian tersebut. Penyebabnya Rusia dan AS saling menuding melanggar ketentuan-ketentuan yang termaktub dalam INF.

Kendati demikian, Rusia menyatakan siap menjalin negosiasi dengan AS untuk membuat kesepakatan nuklir baru guna menggantikan INF. Hal tersebut disampaikan Wakil Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Ryabkov pada awal Februari lalu.

"Kami tentu saja melihat referensi dalam pernyataan Presiden Trump tentang kemungkinan perjanjian baru yang dapat ditandatangani di ruangan yang indah dan bahwa perjanjian ini juga harus mencakup negara-negara lain sebagai pesertanya," kata Ryabkov.

Menurutnya, AS belum resmi mengirimkan proposal tentang perjanjian tersebut. "Kami menantikan proposal ini dibuat konkret dan ditulis di kertas atau dengan cara lain," ujarnya.

Sebelumnya Trump memang mengatakan sedang mempertimbangkan pembuatan perjanjian nuklir baru dengan Rusia untuk menggantikan INF. "Mungkin kita bisa menegosiasikan perjanjian yang berbeda, menambahkan Cina dan yang lainnya," kata Trump.

Ditangguhkannya INF telah memicu kekhawatiran, terutama dari Eropa. Benua Biru telah menganggap INF sebagai fondasi keamanannya. Dengan penangguhan perjanjian tersebut, potensi terjadinya perlombaan senjata baru seperti era Perang Dingin terbuka lebar dan akan menempatkan Eropa dalam bahaya.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement