Ahad 17 Feb 2019 06:00 WIB

Buku Terbaru KAHMI Usung Isu Pangan dan Kebangsaan

Kumpulan gagasan dan pemikiran KAHMI diharapkan jadi masukan kepada pemerintah.

Rep: Shelbi Asrianti/ Red: Ratna Puspita
Majelis Nasional Korps Alumni Himpunan Mahasiswa Islam (MN KAHMI) meluncurkan buku berjudul
Foto: Dok. MN Kahmi
Majelis Nasional Korps Alumni Himpunan Mahasiswa Islam (MN KAHMI) meluncurkan buku berjudul "Pangan, Kebangsaan, dan Ketahanan Nasional", Jumat (15/1). Buku merupakan ekstraksi dari Simposium Kebangsaan ke-3 KAHMI yang diselenggarakan pada Desember 2018.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Majelis Nasional Korps Alumni Himpunan Mahasiswa Islam (MN KAHMI) meluncurkan buku berjudul "Pangan, Kebangsaan, dan Ketahanan Nasional", Jumat (15/1). Buku merupakan ekstraksi dari Simposium Kebangsaan ke-3 KAHMI yang diselenggarakan pada Desember 2018.

Para penulis buku terdiri dari akademisi, pengamat, dan pelaku kebijakan. Berdasarkan rilis pers yang diterima Republika.co.id, Sabtu (16/2), kehadiran buku merupakan wujud kepedulian dan sumbangsih KAHMI terhadap perbaikan kebijakan dan tata kelola pangan di Indonesia. 

Presidium MN KAHMI, Profesor Siti Zuhro, berharap kumpulan gagasan dan pemikiran KAHMI mampu memberi masukan kepada pemerintah. Dengan demikian, kebijakan yang dirumuskan dapat menyelesaikan akar persoalan terkait pangan yang ada di negeri ini. 

Acara dilanjutkan dengan penyerahan buku kepada kedua pihak pasangan calon presiden dan wakil presiden yang bersaing pada Pemilu 2019. Buku diterima Arif Rosyid yang mewakili Jokowi-Ma'ruf serta Ferry Juliantono dan Dahnil Simanjuntak sebagai perwakilan Prabowo-Sandi.

Melalui penyerahan buku kepada kedua pihak, KAHMI berharap siapapun yang terpilih mampu merumuskan peta jalan kebijakan untuk kedaulatan dan ketahanan pangan yang lebih baik selama lima tahun ke depan. Tentunya, sesuai dengan cita-cita mewujudkan bangsa yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur.

"KAHMI memiliki perhatian tinggi agar isu pangan tetap menjadi prioritas dalam visi-misi calon Presiden/Wakil Presiden yang diturunkan melalui program kerja dengan arah dan cara yang tepat, sehingga mampu menjadi perekat kebangsaan dan memperkuat ketahanan Nasional," ungkap Siti Zuhro.

Buku disunting bersama oleh Profesor Bustanul Arifin dan Lely Pelitasari. Bustanul menyampaikan buku itu secara substansial membedah persoalan kebijakan pangan dan pembangunan pertanian. Kebijakan dikupas pada setiap rezim pemerintahan di Indonesia. 

Buku juga menyajikan hasil analisis terhadap persoalan pangan pokok dan pertanian dalam perspektif ekonomi pembangunan dan ekonomi politik. Dinamika politik dan kebangsaan yang mewarnai setiap periode kepemimpinan terkait isu ketahanan nasional diuraikan secara terperinci. 

Tidak hanya itu, buku turut membuka perspektif masa depan pangan dan pertanian, serta arah kebijakannya dalam jangka panjang. Terutama, fenomena Revolusi Pertanian 4.0 yang akan menentukan wajah pangan dan pertanian Indonesia mendatang.

"Pemenuhan kebutuhan pangan rakyat Indonesia harus menjadi komitmen pemerintah dan negara. Sebab, kepemimpinan yang berjalan harus mampu menjamin terpenuhinya kebutuhan pangan bagi rakyatnya. Semoga peluncuran buku ini mampu memberikan sumbangsih pemikiran untuk perbaikan kondisi pangan di negeri ini," ujar Bustanul.

 

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement