REPUBLIKA.CO.ID, PEKANBARU -- Sejumlah perajin di Kota Pekanbaru, Provinsi Riau memanfaatkan batang pisang tua dan kertas bekas untuk membuat produk kertas daur ulang produksi sendiri.
"Sebenarnya bahan dasar kertas daur ulang bisa dari limbah organik apa saja yang punya serat. Kami pilih batang pisang karena lebih banyak ada di masyarakat," kata pendiri Hito Craft, Suwito kepada Antara di Pekanbaru, Ahad (17/2).
Perajin Hito Craft, mulai merintis usaha kertas daur ulang berbahan serat alami ini sejak pertengahan 2018. Kini ada empat perajin, termasuk Suwito, yang ikut terlibat di dalamnya.
Pembuatan kertas daur ulang tersebut sangat sederhana dan lebih banyak mengandalkan proses manual tanpa mesin. Suwito mengatakan satu batang pisang yang sudah tua, biasanya punya bobot sekitar 10 kilogram bisa menghasilkan 50 lembar kertas.
Konsumen poduk kertas dari batang pisang ini biasanya adalah sesama perajin daur ulang, instansi pemerintah, dan perusahaan yang menggelar pelatihan produk daur ulang.
"Lama pembuatannya, kalau bahan bakunya tersedia, dalam dua hari sudah bisa jadi kertas berbentuk lembaran. Sekitar tiga hari kalau untuk dijadikan produk," katanya.
Salah satu perajin adalah Mukri, yang bekerja di Hito Craft bersama anak dan adiknya. Hito Craft memproduksi kertas daur ulang tersebut di sebuah rumah di Kelurahan Bambu Kuning, Kecamatan Tenayan Raya, Pekanbaru.
Pria 52 tahun ini menjelaskan, proses awal pembuatan kertas daur ulang tersebut adalah mencari batang pisang yang layak, minimal yang sudah pernah berbuah karena punya kandungan serat lebih banyak.
Batang pisang kemudian dikupas dengan pisau untuk diambil bagian yang berserat, lalu dicincang-cincang. Setelah dijemur hingga kering dan layu, cacahan batang pisang kemudian direndam dengan air panas dan dihaluskan sampai menjadi bubur.
Pada proses ini, perajin menambahkan kertas bekas untuk menghasilkan tekstur yang halus. Pewarna tekstil juga ditambahkan sesuai pesanan konsumen.
Kemudian proses pencetakan menggunakan tangan dengan alat cetak (screen) berbahan kayu dan kain monel. Bahan setengah jadi itu lalu dijemur dan sudah berbentuk persegi.
Hasil akhir kertas bisa disesuaikan ukurannya, tekstur, dan warnanya. Harga jual kertas dari batang pisang ini berkisar dari Rp 1.000 hingga Rp 8.000 per lembar tergantung ukuran dan motifnya.
"Saya rasa peluang pasar untuk produk ini ada. Di Jakarta ada yayasan yang buat barang sejenis ini, permintaan dari luar negeri ada, sampai kesulitan memenuhi pesanan. Jadi pangsa pasar cukup menjanjikan, tinggal bagaimana kita menjalaninya, dan kalau bisa dibantu oleh pemerintah juga," katanya.