Ahad 17 Feb 2019 22:39 WIB

Ditagih Janji Setop Impor, Jokowi Klaim demi Stabilkan Harga

Jokowi menyebut meski masih ada impor, namun angkanya terus ditekan setiap tahunnya

Rep: Sapto Andika Candra/ Red: Nidia Zuraya
Capres nomor urut 01 Joko Widodo (kiri) dan Capres nomor urut 02 Prabowo Subianto (kanan) mengikuti debat capres 2019 putaran kedua di Hotel Sultan, Jakarta, Ahad (17/2/2019).
Foto: Antara/Akbar Nugroho Gumay
Capres nomor urut 01 Joko Widodo (kiri) dan Capres nomor urut 02 Prabowo Subianto (kanan) mengikuti debat capres 2019 putaran kedua di Hotel Sultan, Jakarta, Ahad (17/2/2019).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Keseruan debat calon presiden (capres) pada Ahad (17/2) malam ini kembali muncul di segmen kelima saat masing-masing kandidat diizinkan untuk bertanya. Capres nomor urut 02, Prabowo Subianto, memanfaatkan kesempatan ini untuk bertanya kepada capres nomor urut 01, Joko Widodo (Jokowi), soal janjinya saat kampanye pilpres 2014 lalu bahwa ia akan menyetop impor.

Prabowo mempertanyakan sikap Jokowi sebagai presiden yang justri membuka keran impor di era pemerintahannya. "Ternyata dalam 4 tahun memimpin, bapak banyak sekali impor. Ada datanya semua. Ini terus terang saja, yang kami dengar sangat memukul kehidupan petani kita. Petani tebu, panen tapi gula dari luar masuk dalam jumlah yang sangat besar. Jutaan ton," ujar Prabowo, Ahad (17/2).

Baca Juga

Menjawab lontaran pertanyaan dari Prabowo, Jokowi memilih menjelaskan dengan data impor jagung. Jokowi menyebut bahwa meski masih ada impor, namun angkanya terus ditekan dari tahun ke tahun.

Jokowi membacakan data bahwa impor jagung tahun 2014 lalu sebesar 3,5 juta ton. Angka ini terus menyusut hingga menjadi 180 ribu ton pada 2018 lalu.

Artinya, lanjut Jokowi, ada peningkatan produksi jagung sebesar 3,3 juta ton dalam kurun waktu 4 tahun belakangan.

Jokowi menambahkan argumennya dengan data produksi beras. Tahun 1984 silam, ujarnya, Indonesia berhasil swasembada beras dengan angka produksi 21 juta ton per tahun.

Namun angka produksi beras tahun 2018 lalu melonjak menjadi 33 juta ton per tahun. Dari angka itu, kebutuhan konsumsi Indonesia sebesar 29 juta ton per tahun. Artinya ada surplus sebesar 2,8 juta ton beras per tahun.

"Kenapa impor, karna impor untuk jaga ketersediaan stok dan stabilitasi harga, cadangan bencana, dan gagal panen. Cadangan kalau kena hama. tanpa itu berat," jelas Jokowi.

Namun Prabowo memandang bahwa jawaban Jokowi terdengar 'sering disampaikan'. Prabowo kembali mempertanyakan penjelasan Jokowi bahwa produksi beras Indonesia sudah surplus. Lantas, ujar Prabowo, bila memang surplus mengapa masih harus impor?

"Strategi yang kita lakukan beda. Kita ingin berdayakan produsen kita sendiri. Kalau memang sudah kelebihan setok kenapa harus impor? Apakah tidak lebih baik devisa itu dihemat dan digulirkan kita buka lahan baru, bantu benih, pupuk. Pupuk sampai ke petani," ujar Prabowo.

Prabowo bahkan mengingatkan Jokowi bahwa Menteri Perdagangan di era pemerintahan saat ini telah mengubah keputusan menteri. Prabowo menyebutkan bahwa di masa lalu pemerintah dilarang melakukan impor dalam waktu sebulan sebelum panen hingga dua bulan setelah panen.

"Sekarang boleh impor pak. Ini yang dikelukan petani kita di mana-mana dan ini masalah mendasar," kata Prabowo.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement