Senin 18 Feb 2019 08:42 WIB

Presiden Tegaskan Impor Jagung Pakan Ternak Turun Drastis

Pada 2017 tidak ada impor jagung pakan ternak.

Red: EH Ismail
Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan, Kementerian Pertanian (Kementan), I ketut Diarmita saat memberi penjelasan kepada wartawan
Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan, Kementerian Pertanian (Kementan), I ketut Diarmita saat memberi penjelasan kepada wartawan

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pada debat Calon Presiden (Capres) yang digelar di Jakarta, Ahad (17/2), Joko Widodo sebagai Capres nomor Urut 01 menegaskan impor jagung sejak 2014 hingga 2018 turun secara spektakuler. Di 2014, Indonesia mengimpor jagung mencapai 3,3 juta ton jagung dan di tahun 2018 impor jagung menurun yakni hanya 180 ribu ton.

Terkait hal tersebut, Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan, Kementerian Pertanian (Kementan), I ketut Diarmita menyatakan, impor jagung yang dimaksud Jokowi merupakan jagung untuk pakan ternak. Namun demikian di 2018, Kementan tidak lagi mengeluarkan rekomendasi impor jagung untuk pakan ternak.

“Impor jagung turun spektakuluer itu, saya pastikan yang dimaksud adalah jagung pakan ternak, karena porsi impor jagung pakan ternak waktu lalu jumlahnya sangat besar, jutaan ton per tahun,” kata Ketut di Jakarta, Senin (18/2).

Melansir data BPS, total  impor jagung di 2013 sebesar 3,29 juta ton senilai 983,8 juta dolar AS.  Selanjutnya dengan program menanam jagung besar-besaran pada era Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman impor jagung untuk pakan ternak dapat ditekan secara signifikan. Pada 2016 impor jagung turun drastis dan pada 2017 tidak ada impor jagung pakan ternak.

“Hati-hati terkait data impor jagung ini, karena ada beberapa kode HS (Harmonized System –red) dan jagung bukan merupakan produk tunggal. Jadi jangan dipersepsikan impor tersebut seluruhnya digunakan sebagai bahan pakan. Kementerian terkait yang mengeluarkan ijin impor jagung untuk industri dan pangan lainnya. Kementerian Pertanian sejak tahun 2018 tidak lagi  mengeluarkan rekomendasi impor jagung untuk pakan ternak,” ujarnya.

Karena itu, Ketut menuturkan jika terdapat angka selisih sedikit tentang angka impor itu bisa jadi karena ada jagung segar untuk benih dan brondong serta jagung olahan yang dapat berupa maizena, jagung giling, pati jagung, minyak jagung, sekam, dedak, bungkil dan residu lainnya. Sehingga, data yang disampaikan pada beberapa media itu, angkanya kurang tepat.

“Saya yang lebih tahu tentang impor jagung pakan ternak ini karena sebelum 2018, saya yang mengeluarkan rekomendasi impor jagung pakan ternak, dan atas kebijakan Menteri Amran, pada 2017 zero impor jagung pakan ternak,” pungkasnya.

 

 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement