REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dalam tulisan sebelumnya, telah dibahas bagaimana Alquran menggunakan istilah basyar, al-ins, dan al-insan untuk merujuk pada manusia. Berikutnya, ada istilah an-nas, Bani Adam, dan dzuriyah Adam.
Menurut Prof Yunahar Ilyas dalam karyanya, Tipologi Manusia Menurut Al-Qur’an (2007, Labda Press), istilah an-nas menampung seluruh makna istilah-istilah lainnya tersebut. Sebagai contoh, Alquran menggunakannya dalam surah al-Hujurat ayat ke-13 yang artinya, "Hai manusia (an-nas), sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling takwa di antara kamu. Sesungguhnya, Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal."
Tampak dalam ayat tersebut, Allah Ta'ala menyinggung bagaimana genealogis manusia, yakni dari hasil hubungan badan antara laki-laki dan perempuan. Kemudian, kelompok keluarga itu kian banyak, hingga membentuk suatu suku dan bangsa. Masing-masing mereka memiliki corak khas--ambil contoh, bahasa--sehingga antara yang satu dan yang lain dapat saling mengenal.
Adapun istilah bani Adam dan dzuriyah Adam menyertakan nama Nabi Adam AS. Dialah manusia pertama yang diciptakan oleh Allah SWT. Simak Alquran surah al-A'raf ayat ke-31 yang terjemahannya, "Hai anak Adam (bani Adam), pakailah pakaianmu yang indah di setiap (memasuki) mesjid, makan dan minumlah, dan janganlah berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan."
Demikian pula dalam surah Maryam ayat ke-58. Di sana, Allah menyinggung betapa para utusan-Nya kepada umat manusia berasal dari kalangan mereka sendiri. Hal itu tentu mengandung hikmah tentang derajat manusia di hadapan Sang Pencipta.
Terjemahan ayat itu berbunyi, "Mereka itu adalah orang-orang yang telah diberi nikmat oleh Allah, yaitu para nabi dari keturunan Adam (dzurriyyati Adama), dan dari orang-orang yang Kami angkat bersama Nuh, dan dari keturunan Ibrahim dan Israil, dan dari orang-orang yang telah Kami beri petunjuk dan telah Kami pilih. Apabila dibacakan ayat-ayat Allah Yang Maha Pemurah kepada mereka, maka mereka menyungkur dengan bersujud dan menangis."
Menurut Yunahar, penggunaan istilah insan, an-nas, dan bani Adam memberikan hikmah bahwa Allah memuliakan manusia bila dibandingkan dengan makhluk lainnya. Manusia paling sempurna susunan raganya. Demikian pula dengan susunan ruhaninya. Manusia memiliki akal untuk berpikir, hati untuk merasa, serta nurani untuk mendorongnya menjauhi hal-hal buruk dan mencari hal-hal baik.
Keistimewaan manusia juga tampak dari bagaimana diciptakannya. Alquran sudah menjelaskan hal itu. Yunahar merangkumnya, ada empat cara penciptaan manusia, sebagaimana petunjuk Kitabullah tersebut.
Pertama, manusia diciptakan dari tanah. Itu dicontohkan oleh penciptaan Nabi Adam AS. Kedua, manusia diciptakan dari tulang rusuk manusia lain (Nabi Adam AS). Contohnya adalah penciptaan Hawa, istri manusia pertama itu. Ketiga, manusia diciptakan melalui seorang ibu tanpa proses hubungan dengan ayah, baik secara hukum maupun biologis. Hal itu terjadi pada penciptaan Nabi Isa AS bin Maryam. Keempat, manusia diciptakan melalui kehamilan dengan adanya ayah biologis atau minimal secara biologis semata. Contohnya adalah selain ketiga insan mulia tersebut.