Selasa 19 Feb 2019 05:49 WIB

KH Mas Mansur, Tokoh Muhammadiyah yang Pejuang Bangsa (2)

Setelah dari Haramain, dia lalu hijrah ke Mesir untuk menuntut ilmu

(ilustrasi) gambar KH Mas Mansur
Foto: tangkapan layar google image
(ilustrasi) gambar KH Mas Mansur

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Mas Mansur akhirnya mendapatkan kesempatan besar. Pada 1908, dalam usia 12 tahun, dia berangkat ke Makkah untuk menunaikan ibadah haji.

Tidak hanya itu, inilah dimulainya rihlah keilmuan. Dia memutuskan menetap di Tanah Suci sekaligus untuk melanjutkan pendidikan.

Baca Juga

Dalam hal ini, Mas Mansur ditemani KH Muhammad dan KH Hasbullah. Orang tuanya sendiri mengharapkan, Mas Mansur sesampainya di Haramain dapat belajar pada KH Mahfudz Termas. Sosok itu merupakan ulama Jawi terkemuka di Masjidil Haram. Namanya merujuk pada lembaga tempatnya berasal, yaitu Pondok Pesantren Termas, Jawa Tengah.

Namun, situasi politik di Haramain lama-kelamaan tak menentu. Orang-orang non-Arab terpaksa hijrah dari Makkah. Mas Mansur memutuskan untuk pergi ke Kairo, Mesir. Padahal, ketika itu dia belum sempat mengabarkan kepada orang tuanya tentang kepindahan ini.

Untuk diketahui, ayahnya (KH Mas Ahmad Marzuki) beranggapan, Kairo adalah kota besar yang sarat maksiat karena telah dirasuki ekses budaya Barat. Bila Mas Mansur masih ingin tinggal di Kairo, ayahnya enggan membiayai kesehariannya. Di satu sisi, hal itu mungkin sebagai "peringatan" bagi Mas Mansur. Akan tetapi, di sisi lain, keputusan itu juga dapat menjadi sarana baginya belajar mandiri.

Toh Mas Mansur saat itu tidak melihat alternatif lain untuk meneruskan pendidikan setelah situasi Haramain kurang kondusif. Hanya ada Kairo di matanya.

Maka selama bermukim di ibu kota Mesir itu, Mas Mansur menjalani hidupnya dengan sederhana dan penuh disiplin.

Selama satu tahun pertama dia tidak lagi mendapatkan kiriman uang dari orang tuanya. Maka, dia kerap berpuasa sunnah dan bermalam di masjid-masjid untuk memeroleh ketenangan. Di samping itu, dia juga bekerja atau mendapatkan bantuan dari kenalan.

Sesudah masa satu tahun itu, orang tuanya akhirnya memberikan pengertian. Mereka kembali membiayai keperluan sehari-hari Mas Mansur di tanah rantau.

Di Universitas al-Azhar, Mas Mansur belajar antara lain pada Syekh Ahmad Maskawih. Dia termasuk kelompok mahasiswa yang mengalami pertumbuhan ide-ide modernisme dan nasionalisme di Asia Barat.

Mas Mansur memanfaatkan kesempatan belajar dua tahun lamanya di Mesir ini untuk membaca sebanyak-banyaknya literatur. Pada 1915, Mas Mansur kembali ke Tanah Air dari Makkah dengan terlebih dahulu singgah satu tahun lamanya.

sumber : Islam Digest Republika
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَلَقَدْ اَرْسَلْنَا رُسُلًا مِّنْ قَبْلِكَ مِنْهُمْ مَّنْ قَصَصْنَا عَلَيْكَ وَمِنْهُمْ مَّنْ لَّمْ نَقْصُصْ عَلَيْكَ ۗوَمَا كَانَ لِرَسُوْلٍ اَنْ يَّأْتِيَ بِاٰيَةٍ اِلَّا بِاِذْنِ اللّٰهِ ۚفَاِذَا جَاۤءَ اَمْرُ اللّٰهِ قُضِيَ بِالْحَقِّ وَخَسِرَ هُنَالِكَ الْمُبْطِلُوْنَ ࣖ
Dan sungguh, Kami telah mengutus beberapa rasul sebelum engkau (Muhammad), di antara mereka ada yang Kami ceritakan kepadamu dan di antaranya ada (pula) yang tidak Kami ceritakan kepadamu. Tidak ada seorang rasul membawa suatu mukjizat, kecuali seizin Allah. Maka apabila telah datang perintah Allah, (untuk semua perkara) diputuskan dengan adil. Dan ketika itu rugilah orang-orang yang berpegang kepada yang batil.

(QS. Gafir ayat 78)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement