REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA— Masjid harus dijadikan sebagai sarana untuk menyebarkan narasi kesejukan dan perdamaian, bukan narasi kebencian yang dapat memecah belah umat.
Pernyataan ini disampaikan Imam Besar Masjid Al-Markaz Al-Islami Makassar Dr HM Muammar Bakry menanggapi maraknya penggunaan masjid sebagai tempat agitasi dan menyebar kebencian.
"Jangan sampai justru tempat ibadah itu menjadi lahan perpecahan," kata Muammar pada Rapat Kerja Nasional Forum Koordinasi Pencegahan Terorisme (Rakernas FKPT) di Jakarta, Selasa (19/2), dikutip dari siaran pers.
Untuk itu, menurut dia, sudah seharusnya para pemuka agama atau penceramah dalam menyampaikan pesannya bisa membuat masyarakat merasa terlindungi tanpa adanya ujaran kebencian ataupun hal-hal yang dapat mengganggu persatuan di antara umat.
"Orang masuk masjid itu mencari ketenangan, ketenangan batin. Jangan keluar dari masjid malah membakar semangat yang justru jauh dari nilai-nilai kerahmatan Islam agama itu sendiri," kata Wakil Rektor IV Universitas Islam Makassar (UIM) ini.
Ia mengimbau kepada masyarakat ataupun pengurus rumah ibadah melaporkan kepada pihak keamanan jika menemukan ada orang yang menyebarkan narasi kebencian di rumah ibadah agar kejadian serupa tidak terulang.
"Semua pengurus rumah ibadah harus ekstra hati-hati dalam merawat dan menjaga tempat ibadahnya," kata pemimpin Pondok Pesantren Multidimensi Al-Fakhriyah Makassar ini.
Ia mengatakan perlu ada peran dari pemerintah untuk ikut mengawasi rumah ibadah agar tidak timbul narasi kebencian yang disebarkan melalui rumah ibadah.
"Karena pemerintah adalah pihak yang paling bertanggung jawab dalam menjaga kondusifitas dari semua masyarakat serta semua lapisan, termasuk dalam hal ini masjid jangan sampai menjadi tempat narasi kebencian," kata pengurus FKPT Provinsi Sulawesi Selatan ini.