REPUBLIKA.CO.ID, ISLAMABAD – Putra Mahkota Arab Saudi, Mohammed Bin Salman (MBS) mendapatkan gelar kehormatan tertinggi Nishan-e-Pakistan atau Mendali Pakistan dari Pakistan, Senin (18/2). Penghargaan tersebut diberikan sehari setalah MBS menandatangani kesepakatan investasi senilai 20 miliar dolar AS atau sekitar Rp 278 triliun.
Dikutip dari Aljazeera, penghargaan Nishan-e-Pakistan diberikan langsung Presiden Pakistan, Arif Alvi di Islamabad.
“Presiden Pakistan, Arif Alvi memberikan penghargaan tertinggi kepada Putra Mahkota MBS,” kata Perdana Menteri Pakistan, Imaran Khan.
Perekonomian Pakistan anjlok sampai titiik terendah. Bahkan tahun lalu dikabarkan Rupee telah kehilangan sepertiga dari nilainya, sehingga kesepakatan investasi tersebut diharapkan bisa memulihkan perekonomian Pakistan.
Pakistan menjadi negara lawatan pertama Pangeran Arab. Selanjutnya, ia dijadwalkan untuk mengunjungi India dan China. Namun, sebelum meninggalkan Pakistan, MBS pun dijadwalkan bertemu Kepala Tentara Pakistan Qamar Javed Bajwa. Qamar Javed merupaka Kepala Tentara terkuat yang telah menjabat sekitar setengah dari 71 tahun sejak Pakistan merdeka dari Inggris.
Perdana Menteri Imran Khan dan Kepala Tentara Pakistan Qamar Javed Bajwa menyambut putra mahkota itu di karpet merah di bandar udara militer di Rawalpindi, dekat Islamabad, ibu kota Pakistan. Selanjutnya, Imran Khan mengantarkan lansung MBS ke kota Islamabad.
Dalam pertemuan bersejarah tersebut, Perdana Menteri Imran Khan meminta secara langsung kepada MBS untuk membantu 2,5 juta warga Pakistan yang mengalami kesusahan.
Selain itu, PM Khan meminta pembebasan lebih dari 3.000 tahanan Pakistan yang saat ini dipenjara di Arab Saudi. Pada Senin, Menteri Informasi Pakistan, mengumunkan Putra Mahkota telah memerintahkan pembebasan terhadap 2.107 tahanan Pakistan.
Tahun lalu, Human Rights Watch melakukan investigasi dengan mewawancarai 12 orang Pakistan yang ditahan di Arab Saudi dan anggota keluarganya. Hasil investigasi tersebut menunjukkan ada beberapa pelanggaran proses hukum yang dilakukan pengadilan Saudi.
Pelanggaran tersebut di antaranya, terdakwa ditahan tanpa adanya persidangan, tidak ada bantuan hukum, tekanan dari pengadilan Saudi untuk menandatangani pengakuan bersalah dan menerima hukuman yang telah ditentukan, serta pemberian layanan terjemahan yang tidak efektif.
Namun, fokus utama selama kunjungan MBS adalah penandatangan kesepakan investasi pembangunan kilang minyak di pelabuhan Gwadar, Pakistan Selatan dan akuisisi pembangkit listrik milik pemerintah serta energi alternatif dan proyek pertambangan oleh perusahaan Saudi.