REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua DPP Partai Hanura Benny Ramdhani mengakui bahwa partainya kecolongan karena menjadi partai dengan caleg mantan koruptor terbanyak. Menurutnya, hal itu lantaran terlalu mempercayakan sepenuhnya proses pemilihan caleg kepada daerah.
Sebelumnya, Komisi Pemilihan Umum (KPU) mengumumkan tambahan nama caleg mantan narapidana kasus korupsi pada Selasa (19/2) dengan Partai Hanura menjadi partai terbanyak menyumbang caleg eks-koruptor.
"Dengan masuknya beberapa calon di luar deteksi kita, kita sudah mencoba membangun sistem, membangun mekanisme yang akhirnya kita kecolongan," kata Benny kepada wartawan, Selasa (19/2).
Kendati demikian Benny mengatakan bahwa Partai Hanura akan mengecek langsung kebenaran jumlah caleg eks-koruptor tersebut di masing-masing daerah. Menurutnya kejadian tersebut memberikan pelajaran bagi Hanura bahwa demokrasi dengan meletakkan sepenuhnya tanggungjawab ke bawah yang aspiratif buttom-up tidak selamanya benar.
"Kami juga justru kaget dari lima kok sekarang 11. Kita kaget, nah kita lagi melakukan kroscek ke bawah," kata Benny kepada wartawan, Selasa (19/2).
Ia menambahkan, setelah diumumkan nama-nama caleg eks-koruptor oleh KPU, Benny menyerahkan keputusan pada akhir kepada masyarakat. Menurutnya masyarakat sebagai pemilik suara berhak menentukan pilihannya di Pileg nanti.
"Mereka kan sudah mendapatkan ganjarannya sebagaimana hukum positif kita yang mengatur tapi bahwa hak politik mereka memungkinkan untuk mereka mencalonkan diri ya itu kan tidak ada larangan kan?," katanya.