REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Wakil Presiden RI Jusuf Kalla menilai pembangunan transportasi Mass Rapid Transit (MRT) di Jakarta sangat terlambat. Menurut JK, moda transportasi seperti MRT semestinya sudah dibangun di kota berpenduduk padat seperti Jakarta, dari jauh-jauh hari.
Hal itu disampaikan JK usai menjajal transportasi Moda Raya Terpadu (MRT) Jakarta, Rabu (20/2). "Kritiknya kita terlambat bangun. Mestinya kita bangun, awalnya 90-an. Jadi kita apresiasi bahwa ini dibangun sekarang ini," ujar JK di Stasiun MRT Bundaran Hotel Indonesia, Jakarta, Rabu (20/2).
Namun demikian, JK mengaku puas dengan keseluruhan pembangunan MRT Jakarta. Menurutnya, mode transportasi MRT membuat masyarakat lebih nyaman dan tiba tepat waktu.
Ia menilai kehadiran MRT Jakarta akan membuat masyarakat makin beralih ke transportasi umum. Dengan begitu, akan mengurangi kemacetan Ibu Kota Jakarta.
"Moda transportasi ini enak, nyaman, dan tepat waktu. Dua hal yang sangat penting dari seluruh sistem transportasi, aman, nyaman, dan tepat waktu. Ini memenuhi. Kalau bus kan belum memenuhi kadang-kadang berhenti, lama, atau tidak jalan," ujar JK.
Wakil Presiden RI Jusuf Kalla meninjau sekaligus menjajal Mass Rapid Transit (MRT) Jakarta, Rabu (20/2). JK memulai titik awal peninjauan pukul 10.30 WIB, dimulai dari stasiun MRT Bundaran Hotel Indonesia. JK yang ditemani Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi, Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan, dan Direktur MRT Jakarta William Syah bandar, menuju stasiun akhir MRT di Lebak Bulus.
Hadir juga Duta Besar Jepang untuk Indonesia Masafumi Ishii beserta jajarannya seperti Minister Bidang Ekonomi, Kedutaan Besar Jepang untuk Indonesia Miyashita, Atase Perhubungan Kedutaan Besar Jepang untuk Indonesia Tomita, dan Kepala Japan International Cooperation Agency (JICA) Jamanaka.
Rombongan menggunakan kereta Ratangga menempuh jalur sepanjang 16 kilometer dan 13 stasiun. Sebanyak 13 stasiun terdiri tujuh stasiun layang atau elevated dan enam stasiun di bawah tanah. Ratangga berjalan menembus lorong bawah tanah kedalaman 30 meter sepanjang 6 km dengan jarak tempuh sekitar 20 hingga 30 menit tiba di stasiun Lebak Bulus, Jakarta Selatan.
Terkait tarif tiket MRT, JK mendukung adanya subsidi untuk tiket MR Jakarta. Hampir semua tarif angkutan umum di dunia disubsidi.
"Kecuali taksi tapi mahal kan. Tapi angkutan umum masal semuanya itu umumnya disubsidi," ujar JK.
Menurutnya, meski subsidi transportasi menambah beban biaya yang besar, namun itu sebanding dengan keuntungan ekonomis dari penggunaan transportasi umum tersebut. Salah satunya jika kemacetan di Jakarta berkurang karena beroperasinya MRT.
Meskipun, subsidi tidak menguntungkan dari segi bisnis. "Bedakan antara bisnis dan ekonomi ya. Kalau bisnis mikro proyek itu. Dia pasti rugi untuk itu harus subsidi. Tapi secara ekonomi bangsa, hilang kemacetan saja ongkosnya berapa? Ada yang menghitung Rp 100 triliun ongkosnya kemacetan di Jakarta. Artinya cukup lima tahun beroperasi tanpa macet sudah kembali," kata JK.