REPUBLIKA.CO.ID, oleh Arif Satrio Nugroho, Rizkyan Adiyudha, Febrianto Adi Saputro
Populi Center pernah melakukan survei untuk menguji pengaruh debat pertama capres dan cawapres terhadap elektabilitas paslon. Hasil survei tersebut menyatakan, debat pertama pada 17 Januari 2019 lalu itu tak mampu menaikkan elektabilitas capres dan cawapres secara signifikan.
Survei itu dilakukan dengan 1.486 responden, dipilih secara acak bertingkat (multistage random sampling), dengan margin of error 2,53 persen pada tingkat kepercayaan 95 persen. Hasil survei itu menunjukkan, ada peningkatan kemantapan pemilih dari kedua paslon, namun prosentasenya hanya dua sampai tiga persen.
Pascadebat pertama, elektabilitas Jokowi-Ma'ruf tetap pada angka 53,1 persen. Sedangkan, yang memilih Prabowo-Sandi 31,1 persen. Lalu, yang masih belum menentukan atau swing voters sebanyak 15,8 persen.
Solid voters Jokowi-Ma’ruf meningkat pascadebat dari 88,9 persen sebelum debat menjadi 90,8 persen pasca debat. Kemudian untuk solid voters Prabowo-Sandi meningkat dari 82,6 persen sebelum debat menjadi 85,5 persen pascadebat.
Lalu bagaimana elektabilitas kedua paslon dan angka swing voters pascadebat kedua yang telah digelar pada Ahad (17/2) lalu? Belum ada lembaga survei yang merilis hasil surveinya, kecuali penilaian beberapa pengamat.
Debat kedua capres bertemakan Energi, Sumber Daya Alam, Pangan, Lingkungan Hidup dan Infrastruktur dinilai berpotensi mempengaruhi swing voters. Pengaruh ini terjadi akibat penampilan capres Jokowi dan Prabowo dalam debat tersebut.
Pengamat poltik Universitas Islam Indonesia, Adi Prayitno menuturkan, potensi pergeseran swing voters ini lantaran debat sesungguhnya terjadi setelah debat kedua ini. Pasalnya, masing-masing timses paslon melakukan mengelaborasi penampilan debat, kemudian menyerang dan membela paslon masing-masing.
"Awalnya swing mulai bergeser ke Jokowi saat debat, tapi kesalahan kutip data membuat swing balik ke tengah, balik jadi massa mengambang karena ragu, karakter swing itu rasional tak bisa menerima yang serba palsu," kata Adi saat dihubungi, Rabu (20/2).
Menilik penampilan saat debat, capres 01 Joko Widodo tampil meyakinkan dengan data yang disajikan. Sementara capres 02 Prabowo Subianto tampak kurang menonjol dalam debat kedua yang digelar pada Ahad (17/2) lalu itu.
"Awalnya Jokowi terlihat meyakinkan saat debat karena bicara angka, data, dan capaian kerja. Sekilas di atas angin mendikte Prabowo dalam debat," kata Adi.
Namun, setelah debat, Jokowi terbukti mengutip data-data yang salah. Oleh karena itu, menurut Adi, yang juga Direktur Eksekutif Parameter Politik Indonesia, setelah debat masing-masing timses mengembangkan isu dan melakukan pembelaan. BPN Prabowo-Sandi terus menggaungkan kesalahan-kesalahan Jokowi.
"Arah mata angin mulai menyerang balik Jokowi karena data-data yang dikemukakan banyak yang tak valid. Semacam bumerang tak heran jika lini masa medsos banyak yg negatif ke Jokowi," ujar Adi.
Meski demikian, Adi menambahkan, bagaimanapun penampilan kedua capres tetap sulit dalam menggeser opini solid voters kedua paslon. Bahkan, kata dia, solid voters justru akan semakin membulatkan dukungan ke masing-masing capres.
"Susah menggoyang solid voters. Mereka akan makin mengeras ke jagoan masing-masing. Bahkan membangun tembok tebal sebagai benteng pertahanan menangkis serangan lawan," ujar Adi.
Peneliti Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Syamsudidin Haris menilai, debat tak berpengaruh pada pilihan solid voters. Alasannya, jauh sebelum debat, masyarakat sudah memiliki pilihan dan terkelompok.
"Pemilih Jokowi-Amin sudah agak sulit mengubah posisi pilihannya, juga sebaliknya," ujar Haris.
Haris menyayangkan, tidak berubahnya pilihan konstituen itu lantaran mereka masih belum melihat pada visi, misi, program kerja dan agenda kebijakan. Menurutnya, masyarakat saat ini memilih paslon karena lebih tertarik pada karakteristik paslon semata, bukan pada program maupun visi misi.
Klaim dua kubu
Sekretaris Tim Kampanye Nasional (TKN) Hasto Kristiyanto mengatakan, penyampaian visi misi kedua paslon saat debat merupakan podium yang akan menentukan preferensi pilihan bagi kelompok swing voters. Dia mengatakan, pemaparan viai misi itu juga akan mengubah pemilih golput untuk menentukan pilihan mereka.
"Kami meyakini bahwa dari pemaparan visi misi awal capres tersebut, Jokowi lebih menampilkan problematika bangsa dan menjawab agenda solusi, bukan retorika," kata Hasto di Jakarta, Ahad (17/2).
Menurut Hasto, Prabowo lebih banyak menyampaikan persoalan dengan solusi yang hanya mengulang rekomendasi PBB sebagaimana pada 2014 lalu. Dia mengatakan, sementara Jokowi benar-benar mengungkap pentingnya energi terbarukan dan keberhasilannya di dalam mengatasi kebakaran hutan sebagai bentuk kepedulian terhadap lingkungan.
Sekretaris Jendral PDIP ini melanjutkan, gagasan tentang pentingnya menjaga kebersihan sungai dan pengendalian sampah plastik adalah contoh lain bagaimana Jokowi berbicara persoalan faktual. Dia mengatakan, sementara untuk kesekian kalinya Prabowo mengungkapkan swasembada air.
Hasto mengatakan, swasembada air tanpa penjelasan dan agenda menjalankannya menjadi bukti bahwa Prabowo cenderung mengulang masalah lama dan miskin pengalaman. Dia melanjutkan, nampak Jokowi lebih memahami persoalan bangsa.
"Visi misi capres tersebut menjadi awal penilaian agenda strategis kedua paslon," kata Hasto lagi.
Adapun, Wakil Ketua Umum PAN meyakini bahwa Prabowo tampil lebih baik di debat kedua lalu. Hal itu dibuktikan dari hasil polling yang dilakukan beberapa akun resmi media massa yang menunjukkan bahwa Prabowo unggul dibanding capres 01 Jokowi.
"Jadi evaluasi itu evaluasi yang real aja nggak usah pakai evaluasi internal," ungkapnya.
Cawapres 02 Sandiaga Uno mengklaim, debat kedua semakin menunjukkan keberpihakan Prabowo Subianto pada masyarakat. Keberpihakan itu ditunjukkan dari ujaran-ujaran Prabowo yang menurut Sandiaga sudah jelas dan dapat diterima masyarakat.
"Dari segi esensi debat semalam yang saya tangkap Pak prabowo berhasil menyampaikan satu keberpihakan kepada rakyat yang menginginkan pangan harganya terjangkau dan stabil," ujar Sandiaga Uno di Pusat Media Badan Pemenangan Nasional (BPN) Prabowo Sandi, Jakarta, Senin (18/2).
Sandi mencontohkan, poin yang disampaikan Prabowo di antaranya harga tarif dasar listrik yang harusnya lebih murah untuk masyarakat. Sandiaga mengklaim, upaya memutrahkan tarif listrik ini menjadi masukan setelah ia melakukan 1.200 titik kunjungan ke masyarakat.
"Itulah harapan masyarakat, beban hidup mereka beban pangan biaya listrik biaya energi itu harus lebih murah buat mereka karena keadaan ekonomi mereka belum baik," ujar Sandi.
Ragam Survei Elektabilitas Jokowi dan Prabowo