REPUBLIKA.CO.ID, MATARAM -- Sektor pariwisata Lombok belum pulih sepenuhnya akibat dampak dari bencana gempa pada tahun lalu. Kondisi ini diperparah dengan tingginya harga tiket pesawat dan bagasi berbayar yang dilakukan pada low season.
Kepala Dinas Pariwisata NTB Lalu Muhammad Faozal mengatakan, pascagempa terdapat dua destinasi wisata yang belum normal yakni jalur pendakian Gunung Rinjani dan juga Masjid Hubbul Wathan di Kompleks Islamic Center.
Faozal mengatakan, jalur pendakian Gunung Rinjani ditutup sejak gempa pada Ahad (29/7) hingga kini. Penutupan jalur pendakian Gunung Rinjani, kata Faozal, hal yang lumrah pada periode Januari hingga Maret karena kondisi cuaca.
Pada tahun-tahun sebelumnya, jalur pendakian Gunung Rinjani kembali dibuka pada April. Faozal pun berharap pada tahun ini jalur pendakian Gunung Rinjani juga dapat kembali dibuka pada April.
"Rinjani harus kita buka karena agenda kalender kita sudah 4 ribu yang daftar ikut (event lari) Rinjani 100," ujar Faozal saat Rapat koordinasi Akselerasi dan Sinkroninasi Program Kepariwisataan Lombok-Sumbawa Pascabencana di Hotel Lombok Raya, Kota Mataram, NTB, Rabu (20/2).
Faozal menyebutkan, Rinjani 100 merupakan ajang wisata olahraga andalan Lombok yang menarik ribuan pelari dari luar negeri."Event ini sudah mendunia dan harus kita siapkan dengan membuka Rinjani secepatnya," kata Faozal.
Faozal menambahkan, untuk kerusakan ringan yang terjadi di Islamic Center NTB akibat gempa juga membuat operasional ikon wisata religi Lombok itu belum dapat beroperasi secara normal.
"Dinas PU menyampaikan pada akhir Februari semua akan normal dan perbaikan sudah selesai. Alhamdulillah kita juga diberikan sumbangan lampu senilai Rp 1,5 miliar dari Kemenpar, hampir sama nanti bentuknya dengan Masjid Nabawi," ucap Faozal.
Faozal tidak memungkiri jika kondisi pariwisata NTB saat ini belum sepenuhnya normal. Faozal menilai wisatawan masih trauma dengan bencana gempa yang melanda NTB. Kondisi ini, kata Faozal, diperparah dengan harga tiket pesawat dan penerapan bagasi berbayar yang membuat banyak pembatalan penerbangan dan juga pengurangan frekuensi penerbangan ke Lombok.
"Kondisi ini terjadi di seluruh Indonesia. Memang hampir menjerit pelaku industri wisata yang tentu tidak mungkin menjual paket murah," kata Faozal. Faozal berharap rakor ini bisa mencari solusi atas sejumlah persoalan yang membelit sektor pariwisata NTB saat ini.