Rabu 20 Feb 2019 18:22 WIB

Masyarakat Muslim Diajak Rekreasi Intelektual di IBF

Rekreasi intelektual bertujuan untuk mengasah ketajaman intelektual diri.

Rep: Fuji E Permana/ Red: Andi Nur Aminah
Sejumlah pengunjung saat menghadiri Islamic Book Fair  (ilustrasi)
Foto: Republika/Putra M. Akbar
Sejumlah pengunjung saat menghadiri Islamic Book Fair (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Islamic Book Fair (IBF) kembali digelar di Jakarta Convention Center (JCC) pada 27 Februari - 3 Maret 2019. Masyarakat Muslim diajak melakukan refreshing dan rekreasi intelektual di IBF.

"Saya berharap banyak kepada masyarakat kita untuk mengunjungi Islamic Book Fair, karena bukan hanya akan mendapatkan buku yang bagus, sekaligus refreshing dan rekreasi intelektual," kata Rektor Institut Perguruan Tinggi Ilmu Alquran (PTIQ), Prof KH Nasaruddin Umar kepada Republika.co.id, Rabu (20/2).

Baca Juga

Dia menjelaskan, rekreasi intelektual bertujuan untuk mengasah ketajaman intelektual diri. Sehingga pengunjung IBF akan mengetahui dunia sedang berubah dengan semakin berkembangnya informasi.

Ia menegaskan, tidak akan pernah rugi orang-orang yang datang ke IBF. Sebab mereka akan mengetahui informasi dunia keislaman di Indonesia dan mancanegara sudah sedemikian hebatnya. Semua orang akan bangga karena umat Islam sudah meraih prestasi luar biasa.

"Sehingga melalui buku-buku yang ada di IBF, akan mengetahui diri kita seperti apa, kelemahan kita apa, sekaligus memahami kelebihan kita apa. Melalui buku bisa bersikap bijaksana dan bisa belajar banyak kepada orang lain," ujarnya.

Imam Masjid Istiqlal tersebut juga menyoroti minat baca masyarakat Indonesia yang masih kurang. Menurutnya, kehadiran IBF menjadi sangat penting untuk meningkatkan literasi keislaman masyarakat Indonesia.

Ia menjelaskan, IBF memiliki fungsi ganda. Pertama, menjual buku dan mencari keuntungan. Kedua, memberi tahu masyarakat bahwa dari tahun ke tahun selalu ada perkembangan pemahaman keagamaan Islam. "Buku-buku moderen, buku-buku baru muncul, ini menandakan bahwa generasi Muslim selalu menampilkan prestasi-prestasi yang terbaiknya," jelasnya.

Ia mengatakan, masyarakat bisa melihat buku tiga tahun yang akan datang lebih baik dari buku masa lalu. Buku-buku yang lahir terakhir tidak kalah dengan buku-buku yang lahir di masa lalu. Buku-buku dari masa lalu pendekatannya deduktif dan kualitatif. Sementara buku-buku sekarang diperkaya lagi dengan pendekatan induktif dan kualitatif.

Nasaruddin yang juga Penasihat IBF 2019 mengingatkan, IBF diselenggarakan di bulan-bulan politik. Ia menegaskan, IBF tidak terkait dengan partai politik dan kepentingan politik praktis manapun. Di IBF jangan menampilkan logo atau yel-yel yang berhubungan dengan kepentingan politik praktis.

Ia mempersilakan masyarakat yang memilih calon presiden 01 dan 02 untuk datang ke IBF. Tapi tujuannya untuk meraih prestasi, keberuntungan dan wawasan melalui buku-buku yang ada di IBF. Diharapkan IBF dapat menyatukan semua kelompok umat Islam yang ada di kubu 01 dan 02.

"Mari kita menyatu dalam IBF, lupakan perbedaan dan pertikaian, mari kita menyatu, buku mampu mempersatukan umat, saya berharap banyak IBF akan melahirkan ketenangan dan menyuguhkan kedamaian," ujarnya.

 

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement