REPUBLIKA.CO.ID, MATARAM -- Dinas Pariwisata (Dispar) Nusa Tenggara Barat (NTB) menggelar rapat koordinasi (rakor) akselerasi dan sinkroninasi program kepariwisataan Lombok-Sumbawa pascabencana bersam. Rakor tersebut dilakukan bersama Kementerian Pariwisata (Kemenpar), Dispar seluruh kabupaten dan kota di NTB, dan juga para pelaku asosiasi pariwisata yang ada di NTB pada Rabu (20/2) di Hotel Lombok Raya, Kota Mataram, NTB.
Kepala Dinas Pariwisata NTB Lalu Muhammad Faozal rakor tersebut membahas sejumlah hal, mulai dari upaya sektor pariwisata NTB dalam mencapai target 4 juta kunjungan wisatawan pada 2019, melanjutkan program penataan destinasi yang terdampak gempa, hingga memastikan langkah promosi dengan lebih terukur.
"Meski kita sedang dalam kondisi sulit karena pascagempa dan juga berbagai persoalan lain seperti tiket pesawat dan bagasi, tapi kita optimistis sektor pariwisata NTB akan kembali bangkit," ujar Faozal.
Faozal menyampaikan Kemenpar melalui Tourism Crisis Center (TCC) Lombok Bangkit, atau Tim Kerja Pemulihan Destinasi dan Promosi Pariwisata Pascagempa Lombok juga sudah melakukan promosi di dalam dan luar negeri guna menarik wisatawan datang ke Lombok. Faozal juga berharap program penataan kembali dermaga Gili Trawangan dan Pelabuhan Bangsal di Lombok Utara yang dikelola Kementerian Perhubungan (Kemenhub) bisa segera dilakukan agar memberikan kenyamanan bagi wisatawan yang hendak berlibur di Gili Trawangan.
Dispar NTB bersama Badan Promosi Pariwisata Daerah (BPPD) NTB dan Gabungan Industri Pariwisata Indonesia (GIPI) NTB juga sudah melakukan pemetaan berbagai tempat sebagai ajang promosi pariwisata NTB.
"Dalam kondisi yang belum pulih betul, okupansi yang berat dirasakan teman-teman (industri) hotel dan penerbangan juga mengalami tekanan dari segi tiket, itu dirasakan di seluruh Indonesia, tapi kita tetap optimistis beberapa bulan ke depan kondisi kembali normal," kata Faozal.
Ketua TCC Lombok Bangkit, Farid Said, mengatakan kondisi lesunya sektor pariwisata memang terjadi di seluruh daerah di Indonesia. Biasanya saat low season yang terjadi awal tahun, tingkat kunjungan relatif menurun dibandingkan bulan-bulan setelahnya. Farid menjelaskan tingkat penurunan kunjungan bisa dilihat dari angka keterisian penumpang dan pergerakan pesawat. Selama masa low season, kata Farid, jumlah penerbangan di Lombok turun hingga 40 persen, di Medan turun hingga 70 persen, dan di Makassar turun hingga 60 persen.
"Kami proyeksikan pada Maret, kunjungan wisatawan ke Lombok sudah mulai pulih. Kita optimistis Maret, April, Juni, Juli, dan seterusnya, kunjungan wisatawan sudah akan meningkat," ucap Farid.
Sejak diberikan tugas dari Kemenpar untuk membantu percepatan pemulihan pariwisata Lombok pada September 2018, TCC telah melakukan 22 kegiatan promosi, di dalam dan luar negeri, dan juga mendatangkan ratusan agen perjalanan wisata dari luar negeri ke Lombok, pun sebaliknya, untuk menjual paket wisata ke Lombok.
Asisten Deputi Pemasaran I Regional III Kemenpar Muhammad Riki Fauziani mengatakan Kemenpar akan selalu mendukung pemulihan sektor pariwisata NTB. Riki menyampaikan, Kemenpar sedang mempersiapkan empat agenda wisata di NTB yang masuk dalam kalender agenda wisata nasional 2019 yakni Festival Pesona Bau Nyale, Festival Moyo, Festival Tambora, dan Pesona Khazanah Ramadhan.
"Empat event NTB ini harus dipersiapkan dengan matang karena menjadi agenda pariwisata nasional 2019. Kemenpar tentu mendukung penuh empat event tersebut," kata Riki.
Riki menyebut Festival Pesona Bau Nyale pada 24 Februari sebagai momentum untuk kembali menggairahkan sektor pariwisata Lombok. Kata Riki, tidak hanya sebatas menggelar event, Kemenpar juga telah melakukan sejumlah promosi pariwisata NTB, baik di dalam dan luar negeri guna memberikan informasi kepada wisatawan bahwa NTB aman untuk kembali dikunjungi.
"Selama 2018 kita telah melaksanakan 30 kegiatan promosi, famtrip, dan juga delapan kegiatan promosikan NTB di lima negara yakni Malaysia, Singapura, Filipina, Thailand, dan Inggris," ucap Riki.