REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Bayu Hermawan, Wartawan Republika
URUMQI — Delegasi Majelis Ulama Indonesia serta Nahdlatul Ulama dan Muhammadiyah, mengunjungi Urumqi, Ibu Kota Provinsi Xinjiang, Republik Rakyat Cina, Rabu (20/2). Kedatangan perwakilan MUI, NU dan Muhammadiyah bertujuan untuk melihat langsung kondisi umat muslim, khususnya etnis uighur di Urumqi.
Ketua MUI bidang hubungan luar negeri, Muhidin Junaidi saat bertemu dengan Ketua Asosiasi Islam China Provinsi Xinjiang, abudurekefu (Abdul Rakib) Tumuniyazi, langsung menanyakan mengenai kebenaran berita-berita tentang tindak kekerasan dan diskriminasi terhadap etnis Uighur dalam beribadah. “Kami ingin mengetahui dan meminta penjelasan tentang kondisi sebenarnya etnis Uighur,” ujarnya.
Abdul Rakib mengatakan, pada dasarnya negara Cina memberikan kebebasan terhadap seluruh warga negara dalam beragama dan beribadah. “Warga negara diminta untuk selalu mematuhi hukun dan aturan yang berlaku di negara ini,” ujarnya.
“Agama apapun tidak boleh mencampuradukan dengan masalah pemerintah,” ucapnya menambahkan.
Rakib mengatakan di Cina, ada 56 etnis dan 10 diantara etnis termasuk uighur adalah pemeluk agama Islam, atau lebih dari 10 juta warga negara Cina adalah umat muslim. “hal ini menunjukan pemerintah tiongkok sangat menghormati dan menyayangi umat muslim,” katanya.
Terkait kabar adanya intimidasi dan tidak kekerasan terhadap umat muslim Uighur, Abdul Rakim mempersilahkan perwakilan MUI, NU dan Muhammadiyah untuk melihat langsung bagaimana kondisi yang ada. Sementara Ketua Bidang Keagamaan RRC Provinsi Xinjiang Pu Xuemei mengakui, kabar adanya tindak kekerasan terhadap etnis Uighur, telah menjadi perhatian dunia termasuk di Indonesia.
“Kami akan memberikan kesempatan kepada delegasi dari Indonesia untuk melihat langsung, mendengar langsung bagaimana kondisi yang sebenarnya,” ujarnya.
“Kami akan mempersilahkan delegasi dari Indonesia untuk bertanya apa saja, dan meminta penjelasan apa saja tentang kondisi umat Islam Uighur,”
Pu melanjutkan, pemerintah juga akan memberikan izin delegasi Indonesia ke pusat vokasi yang menjadi perhatian dunia.
“Tempat itu yg paling diberitakan negatif oleh media-media. Disana disebut-sebut sebagai kamp konsentrasi, saya tidak akan banyak bicara karena seeing is believing, silahkan lihat dengan mata kepala sendiri, dengar dengan teliga sendiri dan sampaikan kebenaran yang ada,” katanya.
“kami ingin ada menyaksikan sendiri kondisi umat Islam di Xinjiang,” ucapnya menambahkan. Pu menegaskan, seluruh etnis di Xinjiang hidup secara harmoni, tanpa ada satu yang dibeda-bedakan.