REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Tim Kampanye Nasional (TKN) Joko Widodo-Ma'ruf Amin menyebut kesalahan data terkait tingkat kebakaran hutan dan lahan (karhutla) yang disampaikan calon presiden (capres) pejawat merupakan sebuah kebohongan. TKN meminta semua pihak untuk melihat pernyataan data yang diungkapkan Jokowi secara lebih besar lagi.
"Yang dikatakan Pak Jokowi tidak ada kebakaran hutan lagi artinya tidak ada kebakaran hutan dan lahan yang sifatnya masif," kata Wakil Ketua TKN Lodewijk Freidrich Paulus di Hotel El Royale Jakarta, Rabu (20/2).
Jokowi dituding berbohong lantaran menyampaikan data yang keliru saat debat pilpres kedua, Ahad (17/2) lalu. Presiden RI ketujuh itu lantas mengklarifikasi kesalahan data yang dia sampaikan sehari setelah debat. Dia mengatakan, bukan tidak ada kebakaran selama tiga tahun terakhir, melainkan karhutla turun drastis sejak 2015 sampai 2018.
Menurut Lodewijk, pernyataan Jokowi terkait menurunnya angka karhutla lantaran sistem sudah terbangun dengan sistematis, termasuk infrastruktur seperti alat pemadam kebakaran. Lebih dari itu, dia mnegatakan, penegakan hukum terhadap para pembakar lahan juga dilakukan selama hampir lima tahun pemerintahan Jokowi.
Sekretaris Jendral Partai Golkar ini melanjutkan, selama itu pula Malaysia dan Singapura sudah tidak pernah lagi komplain ke Indonesia terkait karhutla. Dia meminta semua pihak untuk tidak melihat sebuah kebakaran kecil untuk kemudian disebut sebagai kebakaran hutan.
"Orang sering tidak melihat konteksnya. Pembicaraan seperti apa dibawa ke konteks yang lain," katanya.
Pengamat Politik dari Universitas Al Azhar Indonesia, Ujang Komarudin menilai pertarungan Pilpres 2019 saat ini kian panas. Akibatnya, dia mengatakan, saling tuding dan saling fitnah antar sesama pendukung kedua capres makin menjadi-jadi.
Kendati, Ujang berpendapat, kesalah data yang disampaikan Jokowi tidak bisa dimaknai Jokowi berbohong. Dia menilai jika tudingan Jokowi berbohong itu merupakan bagian dari strategi lawan politik untuk mendegradasi dan mejatuhkan citra capres pejawat.
Ujang mengimbai agar seluruh peserta pemilu untuk membangun demokrasi yang sehat dan beradab. Dia meminta semua pihak harus menghentikan sikap saling tuding-menuding.
"Lebih baik angkat yang baik. Angkat yang positif. Bangun narasi kebajikan. Bicarakan hal-hal positif mengenai para capres dan cawapres. Seperti adu ide dan gagasan. Adu program yang implementatif," katanya.