Kamis 21 Feb 2019 08:20 WIB

Selintas Sejarah Kesultanan Banten (6)

Pasukan Banten kalah di Palembang, sementara Belanda mulai datang

(ilustrasi) lukisan pelabuhan Banten pada abad ke 19
Foto: tangkapan layar youtube
(ilustrasi) lukisan pelabuhan Banten pada abad ke 19

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pangeran Muhammad didaulat menjadi raja Banten dalam usia muda. Hal itu terjadi setelah ayahnya, Maulana Yusuf, wafat pada 1580. Dia pun--dengan sokongan para dewan kadi dan kalangan istana--berhasil menyingkirkan Pangeran Arya dari mendapatkan status pewaris takhta.

Sejak menjadi raja muda, Pangeran Muhammad bergelar Maulana Muhammad. Sampai usianya 25 tahun, tampuk kepemimpinan dipegang Dewan Mangkubumi.

Baca Juga

Sementara itu, daerah kekuasaan Banten di Sumatra Selatan semakin bergejolak. Kesultanan Banten menghadapi tantangan baru dari Kerajaan Palembang yang menguasai Pelabuhan Sungai Musi.

Seandainya berhasil merebut bandar Sungai Musi, Banten dapat memperbaiki legitimasinya di Pulau Sumatra, bahkan hingga Selat Malaka, serta memastikan kelancaran lalu lintas ekspor lada atau gading.

photo
(ilustrasi) gambar lada

 

Seperti dituturkan Prof HAMKA dalam Sejarah Umat Islam, pada 1596 pecahlah perang besar antara Kesultanan Banten dan Kerajaan Palembang. Maulana Muhammad sendiri memimpin pasukannya ke Sumatra, sedangkan orang-orang Palembang dipimpin Ki Geding Suto.

Baca juga: Selintas Sejarah Kesultanan Banten (5)

Sayangnya, penguasa Banten itu kemudian tewas dihantam pasukan Palembang. Ambisi untuk menduduki Pelabuhan Sungai Musi pun sirna.

Pada tahun yang sama, Kesultanan Banten dan bahkan seluruh kerajaan Islam di Tanah Jawa menghadapi tantangan baru yang jauh lebih berbahaya. Kapten Belanda Cornelis de Houtman membuang sauh di Banten, setelah mencapai Selat Sunda, demi menghindari armada Portugis di Selat Malaka. Inilah awal kisah penjajahan Belanda di Nusantara.

Baca juga: Selintas Sejarah Kesultanan Banten (7)

sumber : Islam Digest Republika
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement