REPUBLIKA.CO.ID, CANBERRA -- Mantan menteri luar negeri Australia Julie Bishop mengumumkan pengunduran dirinya dari kancah politik federal Australia, dalam sebuah pernyataan mengejutkan setelah sesi sidang tanya jawab di parlemen federal Australia Kamis (21/2).
Sejak kalah dalam pemilihan kepemimpinan di internal Partai Liberal tahun lalu, Julie Bishop menduduki posisi sebagai backbench di parlemen federal Australia. Julie Bishop telah menguasai suara di daerah pemilihan Curtin, Perth Australia Barat sejak 1998 dan merupakan menteri luar negeri perempuan pertama Australia.
Tokoh termasyhur dari Partai Liberal ini mengaku dirinya akan tetap mencalonkan diri dalam pemilihan umum Australia 2019. Namun di hadapan anggota parlemen federal Australia Kamis (21/2), ia mengaku bahwa baru-baru ini dirinya mempertimbangkan kembali masa depannya di parlemen dan ingin mengejar kehidupan di luar dunia politik.
"Adalah sebuah kehormatan besar bagi saya telah menjadi anggota parlemen terlama mewakili Curtin dan juga menjadi wakil pemimpin Partai Liberal, dan wanita pertama yang memegang peran itu, [dan] selama 11 tahun, lebih dari setengah dari seluruh karier politik saya," katanya pada Parlemen.
"Saya juga bangga dengan fakta bahwa saya adalah wanita pertama yang memperebutkan suara untuk kepemimpinan di Partai Liberal dalam 75 tahun sejarah partai Liberal."
Kepergian Bishop adalah kerugian yang signifikan bagi Koalisi. Hal itu karena koalisi akan menghadapi pemilihan umum tahun ini, mengingat popularitasnya yang kuat di kalangan publik dan juga keterampilan dalam hal penggalangan dana untuk partai.
Julie Bishop telah menjabat sebagai menteri dalam pemerintahan John Howard sebelum menjadi wakil pemimpin setelah pemilihan 2007. Dia juga menjalankan peran itu dengan sangat baik ketika partai liberal menjadi oposisi di bawah Brendan Nelson, Malcolm Turnbull dan Tony Abbott.
Setelah partai Liberal memenangkan pemilu 2013, dia menjadi menteri luar negeri dan tetap menempati posisi itu sampai Malcolm Turnbull kehilangan kepemimpinan di Partai Liberal tahun lalu. Julie Bishop sempat maju dalam pemungutan suara untuk menggantikan Malcolm Turnbull melawan Scott Morrison dan Peter Dutton tetapi tersingkir di putaran pertama dalam pemungutan suara itu.
Scott Morrison, yang memenangkan pemungutan suara kepemimpinan itu dan menjadi Perdana Menteri, memberikan penghormatan kepada Julie Bishop dan "pelayanannya yang luar biasa bagi negaranya".
"Semangatnya bahwa dia selalu menjalankan perannya, martabat dan keanggunan yang selalu ditunjukkannya dalam setiap peran tunggal yang dia miliki," kata Scott Morrison kepada Parlemen.
"Dia adalah individu yang sangat berkelas. Penggantinya akan memiliki tantangan dan tugas yang berat, dan kita tahu bahwa Julie memiliki pencapaian terbaik di Parlemen."
Julie Bishop sudah meninggalkan ruangan pada saat Scott Morrison menanggapi pengumuman mendadak itu.
Pemimpin Oposisi, Bill Shorten, menggambarkan Julie Bishop sebagai "pelopor", bahkan jika mereka tidak memiliki banyak kesamaan dalam hal politik. Pemimpin Partai Buruh itu menyoroti upaya yang dilakukan Julie Bishop dalam mengadvokasi kasus ditembak jatuhnya penerbangan Malaysia Airlines MH17 di atas Ukraina, memberikan kenyamanan bagi keluarga yang ditinggalkan berduka.
"Saya juga melihatnya dengan tekad baja di forum internasional untuk membantu mengejar keadilan, dan dia sangat kuat," kata Bill Shorten.
"Mengenai hal itu, jika ada di antara kita yang memiliki hak istimewa untuk menempati posisinya, berhadapan dengan Rusia dan negara lainnya, saya berharap siapapun di antara kita nantinya akan mampu menunjukkan kekuatan yang sama seperti yang telah dia tunjukkan."
"Dia melakukannya dan itu merupakan pujian abadi. Dia membuat Australia bangga pada hari itu dan di minggu-minggu itu."
Julie Bishop tidak banyak bicara ketika dia meninggalkan Gedung Parlemen selama seminggu setelah membuat pengumuman. "Sepertinya saya akan sangat merindukan ini," katanya sembari berlalu melewati juru kamera yang menunggunya muncul.
Simak beritanya dalam bahasa Inggris di sini.