REPUBLIKA.CO.ID, ARLINGTON -- Amerika Serikat (AS), Kanada, dan Meksiko saling berkoordinasi melakukan pencegahan masuknya virus flu babi ke negara mereka. Adapun virus ini telah menyerang 27 provinsi di Cina sejak Agustus lalu.
Sekretaris Pertanian AS Sonny Perdue mengatakan, virus tersebut telah menyebar ke Vietnam, Eropa Timur, dan Belgia. Perdue menambahkan, virus dapat mengancam pasokan ekspor daging babi AS senilai 6,5 miliar dolar AS.
"Kami bersama-sama melakukan pencegahan di perbatasan utara dan selatan, karena semua hal ini dapat meningkatkan kemungkinan perpindahan dari satu negara ke negara lain," ujar Perdue, Jumat (22/2).
Menteri Pertanian Kanada Lawrence MacAulay mengatakan, Pemerintah Kanada akan memberikan denda bagi siapa saja yang tertangkap melakukan impor daging ilegal. Dia menegaskan, Kanada berkomitmen melakukan upaya maksimal mencegah penyebaran virus flu babi yang mematikan tersebut.
"Hal ini sangat penting karena satu kasus dapat menghabiskan miliaran dolar AS. Saya berharap kami dapat mencegah masalah ini sebelum ada kasus yang terjadi," kata MacAulay.
Produsen daging babi terbesar di dunia Smithfield Foods yang merupakan divisi dari perusahaan Cina, WH Group, telah meningkatkan prosedur keselamatan di peternakan AS. Para peternak babi di AS tidak lagi menggunakan pakan hewan yang diimpor dari Cina.
Meskipun virus tersebut tidak berbahaya bagi manusia, sejauh ini belum ada vaksin untuk mencegahnya. Adapun penularan virus flu babi dapat terjadi dalam berbagai cara, mulai dari kontak langsung antar hewan, makanan yang terkontaminasi, dan virus yang dibawa oleh orang-orang setelah bepergian dari satu negara ke negara lain. Virus ini dapat menyebabkan kematian bagi babi dalam dua hari.
Kepala Ekonom USDA, Robert Johansson mengatakan, persebaran virus ini dapat menganggu prospek ekspor daging babi AS ke Asia. Pasokan daging yang berlimpah di AS akan mendorong harga daging babi turun 7,5 persen pada 2019.
"Produsen di AS akan sangat efisien dalam memproduksi daging," ujar Johansson.