REPUBLIKA.CO.ID, PADANG - Sumatera Barat termasuk salah satu provinsi yang merasakan dampak buruk dari kenaikan harga tiket pesawat. Melambungnya harga tiket pesawat telah menurunkan jumlah wisatawan berkunjung ke Ranah Minang. Begitu juga dengan kenaikan tarif kargo menyulitkan pergerakan Usaha Mikro, Kecil dan Menenangah (UMKM) karena mereka terbebani ongkos tiket pesawat.
Gubernur Sumatera Barat Irwan Prayitno mengatakan sekarang pendapatan UMKM di Sumbar mengalami penurunan sebanyak 40 persen. "Melambungnya harga tiket pesawat menurunkan pendapatan UMKM sampai 40 persen," kata Irwan, melalui keterangan tertulis yang diterima Republika, Jumat (22/2).
Sumbar merupakan provinsi yang mengandalkan sektor pariwisata. Bidang tersebut selama ini jadi nadi perekonomian masyarakat. Kedatangan para turis baik lokal dan maupun mancanegara menjadi celah bagi masyarakat memasarkan berbagai produk lokal khas Sumbar. Begitu juga dengan pemasukan masyarakat yang bergerak pada bisnis perhotelan dan home stay.
Pada Rapat Kerja Nasional (Rakernas) Asosiasi Pemerintah Provinsi Seluruh Indonesia (APPSI) para gubernur sepakat mendesak pemerintah pusat agar melakukan upaya supaya harga tiket pesawat dan kargo dapat turun. APPSI menilai kondisi tiket pesawat dan ongkos kargo dengan harga tinggi telah mengancam pergerakan perekonomian secara nasional.
Selain Sumbar yang merasakan penurunan pendapatan UMKM, Provnsi Nanggroe Aceh Darussalam juga mengeluh masyarakatnya yang kehilangan pekerjaan karena beberapa perusahaan mengurangi jumlah karyawan dan mengurangi jumlah produksi untuk menekan biaya.
Sulawesi Tengah juga merasa kesulitan dengan kondisi tiket pesawat mahal. Provinsi tersebut baru saja dilanda bencana besar tsunami dan gempa bumi dahsyat tahun lalu. Sulteng harus melakukan pemulihan ekonomi dengan cepat supaya masyarakat kembali bangkit. Tapi tingginya harga tiket pesawat dan ongkos kargo membuat revitalisasi di Sulteng terhambat.