REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Sekjen Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Abdul Mu'ti, mengatakan sebaiknya kegiatan keagamaan tidak dicampur aduk dengan agenda politik. Mu'ti mengatakan, dalam tuntunan yang mulia dalam beribadah untuk manusia memohon pertolongan Allah, munajat hakikatnya adalah do'a. Sesuai dengan tuntunan Islam, menurutnya, do'a hendaknya dilaksanakan secara ikhlas.
Seharusnya, do'a dilaksanakan untuk tujuan kemaslahatan pribadi dan umum. Dalam hal ini, ia mengatakan do'a hendaknya dilaksanakan dengan tadharru dan hufyah, kata yang lembut dan ketenangan.
"Tentu hak siapa saja untuk dukung-mendukung. Tapi arenanya harus dilakukan dengan cara yang tepat dan tempat yang sesuai ketentuan," kata Mu'ti, melalui pesan elektronik kepada Republika.co.id, Jumat (22/2).
Hal ini menanggapi kegiatan do'a dan dzikir bersama yang digelar di Lapangan Monas, Jakarta, pada Kamis (21/2) malam tadi. Acara bertajuk 'Munajat 212 Mengetuk Pintu Langit Doa Bersama untuk Keselamatan Bangsa dan Agama' itu diduga memuat unsur politis.Menurut Mu'ti, nuansa politik dan politisasi agama sangat kental dalam kegiatan semacam ini.