Jumat 22 Feb 2019 19:08 WIB

TKN dan BPN Minta Polisi Usut Kekerasan Terhadap Jurnalis

Jurnalis mengalami kekerasan yang diduga dilakukan oleh oknum anggota Laskar FPI.

Rep: Arif Satrio Nugroho, Febrianto Adi Saputro, Mabruroh, Umar Mukhtar/ Red: Andri Saubani
Juru Bicara Tim Kampanye Nasional (TKN) Joko Widodo-KH Maruf Amin, Ace Hasan Syadzily usai acara Perspektif Indonesia di Gedung Sarinah, Jakarta Pusat, Sabtu (26/1).
Foto: Republika/Mimi Kartika
Juru Bicara Tim Kampanye Nasional (TKN) Joko Widodo-KH Maruf Amin, Ace Hasan Syadzily usai acara Perspektif Indonesia di Gedung Sarinah, Jakarta Pusat, Sabtu (26/1).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Juru Bicara Tim Kampanye Nasional (TKN) Ace Hasan Syadzily mengutuk keras terjadinya intimidasi jurnalis dalam acara Munajat 212 di Monas, Jakarta Pusat, Kamis (21/2) malam. Ia meminta polisi mengusut tuntas aksi intimidasi tersebut.

"Menurut saya kepolisian harus menindak pihak pihak yang melakukan kekerasan dan intimidasi terhadap profesi wartawan," kata Ace ditemui di kantornya, Kompleks Parlemen RI, Jakarta, Jumat (22/2).

Ace menyayangkan adanya aksi perebutan dan penghapusan dokumentasi jurnalis yang merekam kerusuhan saat acara Munajat 212 berlangsung. "Tidak pada tempatnya juga kalau hasil rekaman dari main hakim sendiri tersebut, ya direbut oleh mereka," ujar poltikus Golkar itu.

Ace mengatakan, apa pun alasannya, kepolisian tetap harus mengusut tuntas kejadian tersebut. Sehingga, ke depan aksi intimidasi pada pelaku media tidak terjadi kembali.

"Kalau tidak nanti profesi wartawan akan terancam. Jadi kepolisian harus mengusut tuntas dan melindungi kegiatan jurnalistik yang dilakukan oleh para awak media itu," kata Ace menegakkan.

Wakil Ketua Badan Pemenangan Nasional (BPN) Prabowo-Sandiaga, Ahmad Muzani tidak sepakat atas segala bentuk tindakan kekerasan terhadap profesi wartawan. Kekerasan terhadap wartawan menurutnya adalah kegiatan yang tidak dibernarkan.

"Saya tetap konsisten profesi wartawan itu adalah profesi yang pada posisi tengah. Jadi, kegiatan apa pun harus menghormati profesi," ujar Muzani di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Jumat (22/2).

Sekjen Partai Gerindra itu memastikan bahwa pemerintahan Prabowo-Sandiaga nantinya akan menjamin perlindungan terhadap profesi wartawan. Perlindungan itu dianggap penting lantaran sudah banyak wartawan yang kerap menjadi korban kekerasan.

"Ada ketidakpuasan iya tapi bukan melawan wartawan," tuturnya.

Wakil Ketua DPR RI Fahri Hamzah menilai kelompok 212 kerap merasa jauh dengan media massa. Hal itu disampaikan Fahri mengomentari kejadian intimidasi jurnalis saat meliput Malam Munajat 212 yang digelar pada Kamis (21/2) malam.

"Memang sekarng ini ada perasaan terutama di kelompok 212 itu, perasaan bahwa media meninggalkan mereka," kata Fahri di Kompleks Parlemen RI, Jakarta, Jumat (22/2).

Fahri mengatakan, ada kesan seakan-akan Massa 212 tak bersahabat dengan media arus utama. Kemudian massa 212 beralih pada sosial media. Kesan ini, kata Fahri harus dijawab kedua belah pihak, baik media massa maupun kelompok 212.

Terlepas dari kesan itu, Fahri pun menekankan agar kasus intimidasi pada jurnalis dalam aksi Munajat 212 tetap diusut. Pihak yang berwenang, kata Fahri tetap harus melakukan evaluasi dan rekonstruksi kejadian secara rinci.

"Jadi sebaiknya itu dicari penyebabnya," kata Fahri.

Kekerasan dan intimidasi terhadap jurnalis dialami oleh jurnalis Detikcom dan CNN Indonesia TV yang melakukan peliputan acara Munajat 212 di Lapangan Monas, Jakarta, Kamis (22/2) malam. Kasat Reskrim Polres Jakarta Pusat AKBP Tahan Marpaung membenarkan atas adanya laporan yang diterima pihaknya semalam. Laporan tersebut kata dia, telah diterima dan segara diproses oleh penyidik.

“Benar laporan sudah kami terima tapi dia (korban) belum diperiksa, mestinya kemarin (malam) kan harus diperiksa, saya kurang tahu alasannya mungkin kecapean kali ya, tapi nanti saya akan cari tahu kalau dari visum, nanti saya tanyakan,” kata Tahan melalui sambungan telepon dengan Republika, Jumat (22/2).

Menanggapi hal tersebut, Pemimpin Redaksi Detikcom Alfito Deannova mengatakan bahwa pihaknya telah membuat laporan beserta visum. Bahkan, reporternya yang sudah liputan sejak pagi harus terjaga dan menjalani pemeriksaan hingga subuh di Polres Jakarta Pusat

“Kami lapor semalam visum sampai subuh. (Hari ini) rep (reporter) kami istirahat karena seharian sama jelang subuh tadi bertugas. Dia sedang istirahat sekarang,” kata Alfito Deannova saat dikonfirmasi dalam pesan tertulis.

Wartawan Detikcom menjadi korban pemukulan dan intimidasi oleh oknum massa FPI saat meliput acara Munajat 212 di Monas. Dalam acara tersebut, korban yang merupakan jurnalis merekam peristiwa kericuhan yang terjadi dalam kegiatan munajat 212.

Pada saat itulah korban dipiting dan dipaksa untuk menghapus rekamannya. Korban bahkan dibawa ke ruangan dan intimidasi berlanjut.

Bukan hanya wartawan Detikcom, wartawan CNN Indonesia TV juga dipaksa menghapus rekamannya. Serta wartawan Suara.com yang mencoba melerai kericuhan pun harus kehilangan ponselnya pada saat kejadian.

Panglima Laskar FPI Maman Suryadi membantah ada intimidasi yang dilakukan anggota FPI terhadap jurnalis yang sedang bertugas meliput acara Munajat 212 di Monas pada Kamis (21/2). Dia mengklaim, semua media saat itu bebas melakukan peliputan.

"Kalau itu (jurnalis mendapat kekerasan dalam acara Munajat 212), saya belum dengar ya berita itu, karena situasinya mungkin cukup ramai ya. Tapi yang jelas, kalau media sih enggak ada kita tolak, enggak kita usir. Intinya media bebas-bebas saja mengambil berita semalam," kata dia saat dikonfirmasi, Jumat (22/2).

Bahkan, Maman mengatakan, ada media asing dari Australia yang ikut meliput agenda tersebut dan berlangsung dengan lancar. Menurut dia, kalau pun informasi terkait kekerasan terhadap jurnalis dalam agenda Munajat 212 benar adanya, maka mungkin itu terjadi karena ada kesalahpahaman.

"Mungkin ada kesalahpahaman kali ya. Yang jelas untuk peliputan tadi malam, tidak ada masalah. Semua media online ada di lapangan kok. Kita juga menjaga kondusivitas. Masalah media ini juga enggak kita intimidasi. Jadi sebenarnya enggak ada. Bebas-bebas saja semalam mau meliput," kata dia menegaskan kembali.

Maman menolak acara Munajat 212 disebut ricuh. Menurutnya, acara itu secara keseluruhan berjalan lancar.

"Cuma semalam itu, tim pengamanan itu banyak yang menangkap copet. Jadi kericuhan itu bukan kericuhan acara, tapi kericuhan karena adanya copet. Ada kelompok copet yang kita tangkap sampai ada enam orang," ucapnya.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement