REPUBLIKA.CO.ID, SIGI— Siswa-siswi Madrasah Tsanawiyah Darussalam di Desa Lolu Kecamatan Biromaru, Kabupaten Sigi, Sulawesi Tengah, hingga kini masih belajar di tenda-tenda sebagai kelas darurat.
"Iya, belum ada ruang kelas belajar. Siswa-siswi masih belajar di tenda," kata guru MTs Darussalam Anwar, di Sigi, Sabtu (23/2).
Gedung dan ruang kelas belajar madrasah itu tidak digunakan karena rusak terdampak gempa dan likuifaksi yang terjadi pada 28 September 2018.
Saat bencana itu menghantam wilayah Sigi, MTs Darussalam menjadi salah satu sekolah yang paling terdampak bencana gempa dan likuifaksi.
Tanah di lokasi itu bergelombang, membuat bangunan gedung rusak total tidak dapat dimanfaatkan pascabencana tersebut.
Hal itu karena letak madrasah tersebut tidak berjauhan atau sekitar 500 meter dengan titik likuifaksi Desa Jono Oge Kecamatan Biromaru.
"Kini sekolah tengah dibangun kembali oleh relawan. Dan sementara dalam proses pembangunan," ujar dia.
Anwar mengemukakan, madrasah tempat ia mengabdi pascabencana itu, ditangani Aksi Cepat Tanggap (ACT) yang keseluruhan biaya pembangunannya ditanggung ACT.
ACT membangun ruang kelas belajar, perpustakaan, kantor, dan rumah ibadah yang semuanya bersifat permanen untuk kenyamanan dan kelancaran dalam proses penyelenggaraan pendidikan.
Selain sekolah itu, dua sekolah dasar dan 1 SMAN di Desa Lolu juga terdampak gempa. Dua sekolah dasar yang masing-masing SDN Lolu dan SDN Inpres Lolu terdampak hingga kini siswa-nya masih belajar di kelas darurat.
Sementara pembangunan gedung sekolah permenan dilaksanakan Transmedia Group. Peletakan batu pertamanya dilakukan langsung oleh Chairil Tanjung, pada Ahad 9 Desember 2018.