REPUBLIKA.CO.ID, PALU— Guru besar pemikiran Islam Modern IAIN Palu, Zainal Abidin, menyampaikan tiga langkah yang perlu diperhatikan dalam rangka mewujudkan perdamaian dan ketenteraman dalam kehidupan sosial utamanya menghadapi perbedaan mazhab keagamaan, afilisasi politik, dan ragam perbedaan lainnya.
Dia mengatakan yang pertama, setiap individu harus menghormati perbedaan yang ada, bahwa perbedaan merupakan ketentuan yang tidak dapat diintervensi manusia.
Menurut dia, perbedaan agama, suku RAS, dan segalanya yang terjadi, merupakan kehendak Tuhan.
“Bukan kehendak manusia, karena itu sebagai seorang yang beragama harus menghormati perbedaan itu," kata Dewan Pakar Pengurus Besar Alkhairaat itu pada Tabligh Akbar Satuan Tugas Nusantara yang di laksanakan Satgas Nusantara Polres Parigi Moutong, di Parigi Moutong, Sulawesi Tengah, Sabtu (23/2).
Dia menyebutkan yang kedua, jangan berprasangka buruk kepada seseorang atau kepada sekelompok orang, karena prasangka yang buruk dapat melahirkan pikiran dan tindakan yang buruk.
“Dengan begitu persaudaraan antarsesama manusia dalam kehidupan sosial akan putus bila diwarnai dengan prasangka buruk,” kata dia.
Sementara yang ketiga, kata dia, tidak boleh mengklaim paham dan aliran serta pendapat dari yang lahir dari seseorang atau sekelompok menjadi kebenaran mutlak, sehingga yang lain dianggap salah bila tidak sependapat.
"Perbedaan mazhab, aliran dan paham, serta perbedaan lainnya tidak terlepas dari ketentuan Tuhan. Karena itu harus dihormati, tidak boleh memonopoli kebenaran," tutur dia.
Lebih lanjut dia menyampaikan pesan kepada umat Islam yaitu, kehidupan meski berada dalam dunia yang sama, tetapi berbeda bangsa dan negara. Dalam satu bangsa dan negara, manusia berbeda suku bangsa.
Sementara dalam satu suku bangsa, bisa berbeda keyakinan dan agama. “Dalam satu keyakinan dan agama, kita berbeda paham dan aliran. “Mari kita rawat kebhinekaan, kita mantapkan keberagaman,” kata dia.
Tabligh Akbar Satgas Nusantara itu mengangkat tema "Dengan Hati yang Sejuk Kita Dukung Pemilu yang Aman dan Damai", dihadiri Forum Komunikasi Pimpinan Daerah Parigi Moutong dan ribuan masyarakat di daerah itu.