REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Amerika Serikat (AS) dilaporkan akan mulai mempromosikan rencana perdamaian Timur Tengah, termasuk antara Israel-Palestina, yang dikenal dengan istilah "Deal of the Century".
Hal itu rencananya dilakukan saat penasihat senior Gedung Putih Jared Kushner melakukan perjalanan ke beberapa negara Arab, antara lain Oman, Bahrain, Uni Emirat Arab, Arab Saudi, dan Qatar.
Kushner telah dijadwalkan melakukan tur ke beberapa negara Arab dengan didampingi utusan khusus AS untuk Timur Tengah Jason Greenblatt. Selama sepekan perjalanannya, mereka akan mengukur tingkat dukungan untuk bagian ekonomi dari Deal of the Century.
Selain itu, Kushner dan Greenblatt akan berusaha mencari dukungan regional untuk rencana ekonomi yang diperkirakan mencakup proposal pendanaan internasional untuk Jalur Gaza. Wilayah yang diblokade Israel itu diketahui dibekap kemiskinan dan krisis kemanusiaan yang semakin memburuk.
Pendanaan terhadap Jalur Gaza disebut merupakan langkah pembuka untuk menyelesaikan konflik Palestina-Israel. Namun Kushner dan Greenblatt dilaporkan tidak akan memberitahu para diplomat Arab tentang komponen politik dari Deal of the Century, yang mencakup masalah inti dari konflik antara Palestina dan Israel.
Pada Februari lalu, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengatakan bahwa AS akan mengumumkan detail dari Deal of the Century pascanegaranya menggelar pemilu pada 9 April mendatang. Dia mengaku telah berbincang dengan Kushner dan penyelesaian konflik negaranya dengan Palestina.
Mereka sempat membahas tentang Inisiatif Perdamaian Arab. Dalam inisiatif tersebut, Israel diserukan menyepakati solusi dua negara dengan garis perbatasan tahun 1967, yakni sebelum mereka menduduki Tepi Barat dan Yerusalem. Sebagai imbalannya negara-negara akan mengakui eksistensi Israel dan membuka hubungan diplomatik dengannya.
Menurut Netanyahu, Kushner telah memberitahunya bahwa Inisiatif Perdamaian Arab mungkin masuk akal pada masanya. Namun kini hal itu tak lagi relevan. "Itu (Inisiatif Perdamaian Arab) tidak tepat untuk hari ini. Realitas telah berubah," kata Netanyahu.
Meskipun AS belum menyingkap secara menyeluruh tentang Deal of the Century, namun Palestina telah menolak rencana tersebut. Sebab Palestina meyakini Deal of the Century tidak lagi mencantumkan isu-isu vital dalam konflik dengan Israel, seperti status Yerusalem dan nasib jutaan pengungsi Palestina yang tersebar di beberapa negara Arab.
AS diketahui telah mengakui Yerusalem sebagai ibu kota Israel pada Desember 2017. Hal itu yang menyebabkan Palestina mundur dari negosiasi perdamaian dengan Israel yang dimediasi AS.
Palestina menilai AS tidak menjadi mediator yang netral karena terbukti membela kepentingan politik Israel.