Senin 25 Feb 2019 05:40 WIB

Mantan Ketua KPK Kampanyekan Jokowi di Riau

Bagi Antasari, meraup suara di Riau tidak sulit.

Antasari Azhar
Foto: Republika
Antasari Azhar

REPUBLIKA.CO.ID, PEKANBARU -- Ketua Umum Garda Jokowi, Antasari Azhar meyakini pasangan calon presiden dan wakil presiden nomor urut 01, Joko Widodo-Ma'ruf Amin dapat mendulang suara minimal 65 persen di Provinsi Riau. Bagi Antasari, meraup suara di Riau tidak sulit.

"Minimal 65 persen suara Jokowi di Riau. Posisi hari ini masih dibawah 55 persen. Kita akan pacu lagi naiknya," ujar Antasari Azhar saat menghadiri kegiatan pelantikan dan deklarasi DPC Garda Jokowi se-Riau, di Pekanbaru, Ahad (25/2).

Baca Juga

Antasari memerintahkan kader Garda Jokowi untuk masuk ke pedesaan sebagai upaya untuk mendorong suara Jokowi-Maruf di Riau. "Kenapa Garda Jokowi tidak masuk ke desa-desa. Ngopi bareng masyarakat. Saya yakin jika kita mampu merawat hati masyarakat, Insya Allah pilihan masyarakat tetap Jokowi, tidak akan berubah hingga 17 April nanti," ujar mantan ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) itu.

Bagi Antasari, meraup suara di Riau tidak sulit. Syaratnya, Tim Kampanye Daerah bersama relawan Garda Jokowi mampu bersama-sama memenangkan hati masyarakat.

"Saya pernah bertugas di Riau. Saya memahami karakter masyarakat Riau. Kalau bisa merawat hati masyarakat, kita bisa memenangkan Jokowi di sini," katanya.

Dalam deklarasi, ratusan masyarakat memadati ruangan. Bahkan ada yang tak kebagian kursi. Antasari sangat mengapresiasi antusiasme Garda Jokowi untuk kemenangan Jokowi-Maruf di Riau.

"Banyak yang nggak ke bagian kursi, saya minta Garda Jokowi masuk semua. Kita sama-sama duduk di bawah," ujarnya.

"Di Riau kan ada 12 kabupaten/kota. Setiap kabupaten/kota ada Garda Jokowi 30 orang. Belum lagi jumlah DPD dan relawan. Setiap Garda harus mampu menarik 250 orang," katanya lagi.

Antasari juga meminta Garda Jokowi untuk menepis isu Jokowi anti Islam kepada masyarakat. Kuatnya berita bohong yang mendeskreditkan Jokowi sangat merugikan.

"Jokowi bukan musuh ulama, Jokowi bukan musuh umat Islam. Beliau juga bukan PKI, bukan antek asing. Sampai saat ini kita masih dengar fitnah ini dituduhkan kepada calon kita," katanya.

"Kita harus mampu menjawab dengan santun, bukan dengan emosi. Apakah jika tetangga kalah, tidak ada lagi yang menyembah Tuhan? Ini tidak benar. Cara demikian bukan cara pendukung Jokowi," tambahnya. 

sumber : Antara
BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement