REPUBLIKA.CO.ID, CARACAS -- Presiden Venezuela Nicolas Maduro menghadapi tekanan regional setelah pasukan militer mengusir konvoi bantuan kemanusiaan yang hendak memasuki Venezula. Tekanan tersebut kian menguatkan posisi pemimpin oposisi Juan Guaido.
Pada akhir pekan lalu, bentrokan terjadi antara pasukan Venezuela dan demonstran di dekat perbatasan Venezuela-Brasil, tepatnya di Santa Elena. Peristiwa itu dipicu oleh upaya tentara Venezuela memblokade masuknya bantuan kemanusiaan dari negara tetangganya.
Sedikitnya empat orang tewas dan 300 lainnya mengalami luka-luka akibat peristiwa tersebut. Selain itu dua truk bantuan kemanusiaan turut terbakar. Pemerintah Brasil mengecam kejadian itu.
"Brasil menyerukan komunitas internasional, terutama negara-negara yang belum mengakui Juan Guaido sebagai presiden sementara, untuk bergabung dalam upaya pembebasan Venezuela," kata Kementerian Luar Negeri Brasil.
Presiden Kolombia Ivan Duque turut mengutuk kekerasan yang dilakukan aparat keamanan Venezuela. Sejak Venezuela dilanda krisis ekonomi, 3,4 juta warganya diketahui telah mengungsi ke Kolombia.
Duque mengatakan akan berusaha melakukan blokade diplomatik terhadap Caracas. "Kami akan terus bekerja dengan tegas untuk pengepungan diplomatik yang mengakhiri kediktatoran di Venezuela," katanya melalui akun Twitter pribadinya.
Venezuela telah memutuskan hubungan diplomatik dengan Kolombia pada Sabtu pekan lalu. Keputusan itu diambil setelah Kolombia berusaha membantu Amerika Serikat (AS) menyalurkan bantuan kemanusiaan ke Venezuela.
Venezuela memang tengah dibekap krisis akibat perekonomiannya yang hancur. Situasi di sana kian memanas ketika ratusan ribu warga menggelar aksi demonstrasi menuntut Maduro mundur dari jabatannya.
Saat itu, Majelis Nasional Venezuela, yang juga dipimpin Juan Guaido, menyatakan bahwa pemerintahan Maduro tidak sah. Guaido kemudian memproklamirkan diri sendiri sebagai presiden sementara. AS segera mengakui kepemimpinannya. Israel dan Australia juga mengikuti langkah AS mendukung Guaido.
Saat ini negara-negara Eropa seperti Prancis, Spanyol, Jerman, Inggris, Portugal, Swedia, Denmark, Austria, Albania, dan Belanda, juga telah mengakui kepemimpinan Guaido. Sementara Rusia, Turki, Cina, Iran, Bolivia, dan Meksiko masih mendukung pemerintahan Maduro.