Senin 25 Feb 2019 11:34 WIB

Putaran Baru Perundingan Taliban-AS Digelar Pekan Ini

Pembicaraan tersebut akan dihadiri pemimpin politik Taliban Mullah Abdul Ghani.

Petempur Taliban (ilustrasi).
Foto: AP Photo/Rahmat Gal
Petempur Taliban (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, DOHA -- Putaran terbaru pembicaraan damai antara Amerika Serikat dan Taliban akan dimulai di Doha pekan ini. Pembicaraan tersebut akan menyertakan pemimpin politik Taliban Mullah Abdul Ghani Baradar.

Menurut sejumlah sumber diplomatik, pembicaraan diperkirakan berfokus pada gencatan senjata untuk mengakhiri perang terpanjang Amerika Serikat. Selain itu juga penarikan pasukan asing dari Afghanistan yang diperkirakan akan dimulai pada 25 Februari.

Baca Juga

Pejabat AS tertarik melakukan perundingan dengan Baradar dan berharap wakil pendiri Taliban dan veteran militer menambah momentum serta memiliki kekuatan untuk membahas sejumlah isu penting seputar berakhirnya perang selama 17 tahun ini.

Baradar dibebaskan dari penjara Pakistan pada Oktober lalu dan pengangkatannya secara luas dinilai sebagai tanda dorongan baru oleh Taliban untuk keluar dari bayang-bayang politik dan diplomatik.

Menurut pernyataan Kementerian Luar Negeri, pembicaraan akan dipimpin oleh pihak AS yakni Perwakilan Khusus Amerika Serikat untuk Afghanistan, Zalmay Khalilzad.

Pejabat AS mengatakan, pembicaraan bulan lalu di Doha melihat adanya progres yang sangat signifikan hingga saat in.  Namun hal-hal utama tetap soal waktu yang tepat untuk gencatan senjata.

Taliban baru-baru ini mengecam upaya keikutsertaan Pemerintah Afghanistan serta tawaran Presiden Afghanistan Ashraf Ghani tentang pembukaan kantor Taliban di Afghanistan dan lebih memilih pengakuan internasional atas kantor mereka yang berada di Doha.

Sebanyak 14 ribu pasukan AS berbasis di Afghanistan sebagai bagian dari misi NATO pimpinan AS guna melatih, membantu dan memberikan arahan kepada pasukan Afghanistan. Beberapa pasukan juga melancarkan operasi kontra-terorisme.

Desakan untuk perdamaian datang saat Taliban yang digulingkan oleh pasukan pimpinan AS pada 2001, melakukan serangan hampir setiap hari dan mengendalikan atau memperebutkan sejumlah distrik di hampir setengah negara tersebut.

Kehadiran pasukan asing di Afghanistan menurun drastis sejak puncaknya mencapai lebih dari 130 ribu personel, termasuk 100 ribu prajurit AS pada 2010.

Lebih dari 2.300 orang Amerika tewas di Afghanistan dan lebih dari 1.100 personel dari negara sekutu juga menjadi korban tewas, termasuk lebih dari 450 tentara Inggris.

PBB mencatat kematian warga sipil sejak 2009 hingga 2017 berjumlah hampir 30 ribu jiwa. Puluhan ribu anggota pasukan keamanan Afghanistan dan sejumlah gerilyawan juga ikut tewas.

sumber : Antara
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement