REPUBLIKA.CO.ID, GAZA -- Lembaga bantuan Palestine Children's Relief Fund (PCRF) membangun fasilitas pengobatan kanker anak di Jalur Gaza. Kehadiran fasilitas tersebut sangat membantu karena merupakan yang pertama Gaza.
Fasilitas pengobatan kanker ditempatkan di lantai baru di rumah sakit anak-anak di Gaza. Luasnya mencapai 2.400 meter persegi. Dana yang dikeluarkan PCRF untuk menghadirkan fasilitas itu mencapai 3 juta dolar AS.
Kehadiran fasilitas pengobatan kanker diharapkan mampu meringankan beban penderitaan masyarakat Gaza. Menurut Direktur PCRF Steve Sosebee, rata-rata 80 anak Gaza membutuhkan perawatan kanker setiap tahunnya.
Selama ini mereka biasanya harus bersusah payah berobat ke Israel atau Tepi Barat. Namun dengan hadirnya fasilitas pengobatan kanker, 80 persen pasien kanker muda, akan dirawat di Gaza.
"Kami bangga akan hal itu karena sekarang anak-anak ini tidak harus dipisahkan dari keluarga mereka dan tidak harus memiliki perawatan yang terfragmentasi yang dapat rusak kapan saja karena peraturan perjalanan," ujar Sosebee, dikutip laman the National, Senin (25/2).
Fasilitas kanker di Gaza akan dipimpin oleh Dr. Mahmoud Shbeer. Dia menilai, kehadiran fasilitas tersebut akan sangat membantu anak-anak Gaza yang menderita kanker. "Departemen ini dipersiapkan dengan baik untuk melindungi anak-anak dari infeksi sehingga setiap pasien memiliki kamarnya sendiri dan setiap kamar memiliki peralatan profesional yang dapat memantau status pasien serta segera memberikan perawatan yang sesuai," kata Shbeer.
Sohaib Inaazi adalah salah satu anak di Gaza yang mengidap kanker. Di usianya yang baru lima tahun, dia sudah harus mengalami betapa sulitnya mendapatkan izin berobat dari Israel. "Kami sangat menderita mengirimnya ke rumah sakit Hebron. Pihak berwenang Israel menolak saya dan ayahnya untuk pergi bersamanya sehingga dia banyak menderita secara psikologis," kata ibunda Inaazi.
Ribuan warga Gaza meminta izin untuk melakukan perawatan medis di Israel setiap tahunnya. Namun izin tidak selalu diberikan, terutama kepada mereka yang berusia di bawah 50 tahun.
Hal itu membuat warga Gaza terpaksa pasrah menghadapi penyakit yang dideritanya. Tak sedikit pula dari mereka yang akhirnya meninggal karena tak mendapatkan perawatan yang memadai untuk penyakitnya.