Senin 25 Feb 2019 16:21 WIB

Bekraf Kaji Dampak Ekonomi dari Industri Film

Selama ini dampak produksi suatu film masih hanya diukur dari jumlah penonton.

Rep: Rahayu Subekti/ Red: Ani Nursalikah
Pemain film Ada Apa Dengan Cinta (AADC) 2, Dian Sastrowardoyo (kiri) dan Nicholas Saputra (kanan) berpose saat menghadiri gala premiere film AADC 2 di Yogyakarta.
Foto: Antara
Pemain film Ada Apa Dengan Cinta (AADC) 2, Dian Sastrowardoyo (kiri) dan Nicholas Saputra (kanan) berpose saat menghadiri gala premiere film AADC 2 di Yogyakarta.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Badan Ekonomi Kreatif Indonesia (Bekraf) saat ini tengah mengkaji bagaimana dampak ekonomi dari industri film. Deputi Akses Permodalan Bekraf Fadjar Hutomo mengatakan saat ini belum ada data detil bagaimana multiplier effect dari produksi suatu film.

"Kalau film memang seinget saya datanya masih kecil. Masih kecilnya itu memang bisa jadi karena keterbatasan data," kata Fadjar di Ruang Publik Bekraf, Gedung Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Senin (25/6).

Baca Juga

Artinya, selama ini dampak dari produksi suatu film masih hanya diukur dari jumlah penonton. Dengan begitu, menurut Fadjar belum ada data yang memperlihatkan bagaimana dampak ekonomi dari suatu film.

Untuk itu, Fadjar memastikan saat ini Bekraf masih beeupaya untuk memperbaiki data komersial dari film. Termasuk untuk mengetahui bagaimana multiplier effect dari suatu produksi film yang ada di Indonesia sehingga tidak hanya melihat jumlah penontonnya saja.

"Film Laskar Pelangi misalkan, mungkin selama ini yang diukur adalah jumlah penonton. Tapi bagaimana dampak Laskar Pelangi bagi daerah Bangka Belitung kan itu belum ada yang mengukur. Bagaimana dampak Ada Apa Dengan Cinta 2 dengan pariwisata Yogyakarta ketika orang berbondong-bondong datang ke Yogyakarta," kata Fadjar.

Untuk itu, Fadjar memastikan saat ini Bekraf sedang melakukan kajiannya untuk melihat bagaimana kontribusi film dalam hal ekonomi. Dia menuturkan kajian tengah dilakukan bersama Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI).

Hanya saja, Fadjar menuturkan ada banyak sektor yang berada di bawah Bekraf, namun presentase film diakuinya masih kecil. Tiga sektor terbesar yang masih banyak pengaruhnya masih dari kuliner, fashion, dan kerajinan tangan.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement