REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Dari Bangladesh hingga Pakistan, Kirgistan hingga Nigeria, Senegal hingga Turki, dan di negara-negara mayoritas Mus lim lainnya, jarang ada sosok pemimpin perempuan. Namun, jika kita mundur ke 14 abad yang lalu, rupanya banyak juga sosok perempuan yang memegang peranan penting dalam politik ataupun pemerintahan.
Perempuan-perempuan tangguh yang cerdas dan mahir berpolitik itu biasa disebut Malika (Ratu). Cara mereka mendapatkan kekuasaan cukup beragam. Ada yang karena kecakapannya, ada pula yang memegang tam puk kepemimpinan karena menggantikan sua mi atau laki-laki yang belum cukup umur.
Dalam masa kejayaan Kesultanan Turki Utsmani ketika Sultan Suleiman I memerintah pada 1520-1566, ada satu sosok perempuan yang berhasil memikat hati sang sultan, padahal dia berasal dari keluarga budak. Bahkan, di kemudian hari, mantan budak ini dinobatkan sebagai Kadinlar Saltanati atau sultan perempuan.
Siapakah dia? Wanita itu memiliki nama Turki, Haseki Hurrem Sultan. Sementara, di kalangan masyarakat Eropa, ia dikenal de ngan nama Roxolana. Namun sejatinya, ia punya nama lahir Alexandra Lisowska. Kelak, setelah memeluk Islam, perempuan bergelar Hurrem Sultan ini pun menjadi salah satu selir kesayangan Sultan Turki Utsmani, Suleiman I.
Roxolana lahir di Ukraina Barat pada tahun 1505. Suatu saat ketika berusia 15 tahun, dia diculik oleh para budak Krimea dan dibawa ke Konstantinopel (sekarang Istanbul). Saat itu, ia dijadikan hadiah untuk seseorang bernama Ibrahim Pasha, dan di kemudian hari ia dibeli oleh Sultan Suleiman 1.
Versi lain kisah pertemuan Roxolana de ngan Sultan Suleiman 1 diceritakan dalam se buah biografi yang ditulis oleh Harold Lamb pa da tahun 1951. Dalam tulisan Harold dikisahkan, pertemuan keduanya berawal dari sebuah tempat jasa jahit. Kala itu, Roxolana sangat senang menjahit sembari bersenandung.
Ketika Sultan Suleiman 1 sedang berpidato tak jauh dari tempat jasa jahit tersebut, ia mendengar senandung Roxolana yang merdu. Seketika ia berhenti berpidato, mendatangi sumber senandung, dan langsung jatuh hati pada Roxolana.
Roxolana adalah sosok gadis mungil, ang gun, dan cerdik, meski parasnya tidak terlalu cantik. Meskipun demikian, sultan tetap terpikat. Maka, Sultan Suleiman 1 pun mulai mendekati Roxolana.
Pendekatan ini ditandai dengan peletakan sapu tangan di pundak Roxolana. Hal ini me rupakan tradisi turun-temurun di Turki Utsmani. Setelah dipersunting sang Sultan, Roxolana pun mulai menjadi orang ketiga yang memiliki peran penting dalam pemerintahan, setelah Sultan Valide (ibu suri) Hafsa, dan Sultan Qadin (ibu negara) Mahidevran.
Sejak saat itu, meski Roxolana bukanlah permaisuri alias hanya seorang selir, ia sangat dipercaya oleh Sultan Suleiman 1 untuk mem bantunya dalam pemerintahan. Sejarah men catat, Sultan Suleiman 1 menikahi Roxolana pada tahun 1533. Dan, untuk pertama kalinya dalam sepanjang sejarah kesultanan, Sultan Suleiman 1 menyatakan hanya akan mencintai satu selir, yakni Roxolana, sepanjang hidup nya.
Setelah menjadi istri Sultan Suleiman, kepak-kepak sayap Roxolana pun mulai menari. Ia mengubah sejumlah aturan yang telah berlaku selama ratusan tahun. Di antaranya, aturan bahwa seorang istri sultan hanya boleh punya satu anak. Tujuan aturan ini adalah untuk mencegah permaisuri memiliki lebih dari satu ahli waris.
Berkat aturan baru yang dibuatnya, Roxolana pun memiliki enam orang anak, yakni Mehmed, Mihrimah, Abdullah, Selim, Bayezid, dan Cihangir. Dalam pemerintahan, Roxolana diangkat menjadi penasihat raja dan dipercaya menangani hubungan luar negeri. Sultan Suleiman tahu benar bahwa istrinya ahli dalam politik internasional.
Suatu kali, ia melayangkan surat kepada Raja Polandia Sigismund II Augustus. Saat itu, Kesultanan Turki Utsmani memiliki hu bungan damai dengan Polandia. Dua pemerintahan ini dipersatukan lewat Aliansi Polandia-Turki Utsmani. Selain politik dan hubungan internasional, sebagai ratu, Roxolana juga turut andil dalam perkembangan kerajaan, terutama dalam hal pembangunan. Dia, misalnya, memprakarsai pembangunan di Makkah hingga Yerusalem.