REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Tahun 2017 menjadi periode terberat bagi pebulu tangkis nasional, Ihsan Maulana Mustofa, yang menjadi pesakitan akibat cedera yang ia alami. Tercatat, Ihsan pernah mengalami cedera engkel, pinggang, dan otot perut yang menyebabkan namanya harus dicoret dari beberapa turnamen di tahun tersebut guna memaksimalkan penyembuhan cedera.
Bahkan, posisinya sempat merosot ke-47 dunia, dari yang sebelumnya peringkat ke-17 sebagai pebulu tangkis tunggal putra profesional. Terakhir kali, atlet asal Tasikmalaya ini sempat mundur dari Indonesia Master 2019 di bulan Januari akibat demam yang ia alami sepulang dari Malaysia.
Enggan berlama-lama dengan masalah cedera, Ihsan pun mengaku ingin segera pulih 100 persen dari cedera yang dialaminya dan berkomitmen ingin mengalahkan diri sendiri. Hal itu ia sampaikan sehubungan dengan sejumlah masalah fisik dan stamina yang dialaminya belakangan, bahkan saat mengikuti kejuaraan Djarum Superliga Badminton 2019 di Bandung. Ia mengeluhkan 'kesialan' yang menimpanya, mulai dari sakit pinggang hingga keseleo.
Sakit yang dialami sesaat usai kesembuhan jelas memengaruhi kondisi fisik lajang berusia 22 tahun ini. Komitmen untuk bangkit dari keterpurukan dan memupuk motivasi pun ia tegaskan. Secara jujur ia pun mengakui sangat membutuhkan motivasi karena jika tidak ada motivasi, sama saja dengan mengakhiri kariernya di olahraga ini.
Tanpa motivasi, kata Ihsan, mungkin ia sudah sudah mundur dari bulu tangkis. Sempat tidak menjalani latihan selama dua pekan membuatnya mengalami tekanan berat. Bahkan, dalam pertandingan di babak penyisihan Djarum Superliga Badminton saat melawan Sony Dwi Kuncoro yang bermain untuk Jatim United, Ihsan yang kini membela PB Djarum Kudus pun harus kalah.
Pemain tunggal putra Indonesia, Ihsan Maulana Mustofa
Ihsan mengakui kekalahannya itu akibat kondisi staminanya yang tidak maksimal. Hal itu pun dibenarkan Sony. Ia menilai Ihsan kurang serius dalam menjalani pertandingan yang dilakoni keduanya.
Menyadari hal ini, Ihsan pun merasa sangat kecewa karena permainannya sekarang belum bisa seperti dulu. Enggan berlama-lama dengan cedera dan degradasi kekuatan mental ini, Ihsan pun berusaha bangkit, salah satunya dengan berkonsultasi dengan 'musuh' yang mengalahkannya.
Ihsan pun menemui Sony sebagai seniornya, untuk mencari tahu di mana letak kekurangan permainannya dan aspek mana yang harus diperbaiki. Rasa puas ia dapatkan usai berkonsultasi dengan Sony karena mendapat sejumlah masukan yang mendorong semangat berjuangnya lagi.
Proses kebangkitannya pun tidak berjalan secepat kilat. Saat adu tanding dengan tim Hitachi Jepang dan Tommy Sugiarto (Jaya Raya Jakarta), ia sempat kewalahan karena staminanya belum 100 persen.
Meski begitu, Ihsan mengaku di saat itu kondisi mentalnya sudah jauh membaik dan lebih semangat dalam menjalani pertandingan, jika dibandingkan saat melawan Sony sebelumnya. Puncaknya, saat ia berhadapan dengan Anthony Sisuka Ginting (Musica Trinity) di babak final Djarum Superliga Badminton 2019.
Ihsan mengaku puas dengan permainan yang sudah ia berikan saat melawan Ginting dan tidak ada lagi ketakutan akan cedera yang ia alami. Saat melawan Ginting, Ihsan bermain dengan maksimal dan mengeluarkan semua kemampuan yang ia miliki.
Hal itu terlihat dari lama permainan yang mencapai 90 menit dalam tiga set, serta teknik-teknik reli yang ia berikan pada Ginting sembari menunggu kesempatan untuk menyerang keras.
Permainan Ihsan yang begitu memukau itu tidak hanya memuaskan dirinya, juga para penonton yang terkagum-kagum akan perubahan permainan Ihsan dalam kejuaraan tersebut.
Meski sudah mengeluarkan seluruh kemampuan maksimalnya dan bermain dengan reli panjang melawan Ginting, namun akhirnya Ihsan harus menelan kekalahan 15-21, 22-20, dan 18-21 dalam pertandingan yang berlangsung di Sasana Budaya Ganesha (Sabuga) Bandung itu.
Terkait hal ini, Ihsan mengaku terlalu santai dalam bermain reli dan menunggu kesempatan menyerang, sehingga akhirnya bisa tersusul di set kedua dan ketiga meski sempat memimpin skor di kedua set itu.
Ginting pun turut mengomentari performa Ihsan di partai pertama babak final itu. Menurut Ginting, kekalahan Ihsan lebih disebabkan pada pengaturan strategi permainan di set kedua dan ketiga, sementara kemampuan fisik Ihsan dianggap sudah membaik. "Jika dibandingkan secara kemampuan fisik dan teknik, kami tidak jauh berbeda," tutur Ginting.
Seandainya Ihsan mampu sedikit bermain lebih agresif, tentu Djarum Kudus bisa menang telak 3-0 dari Musica Trinity pada partai final Djarum Superliga Badminton. Meski begitu, upaya Ihsan untuk keluar dari permasalahan fisik patut diapresiasi. Ini mengingat perjuangan Ihsan dalam partai tersebut merupakan yang paling panjang dari segi waktu pertandingan jika dibandingkan dengan partai lainnya di babak final.