REPUBLIKA.CO.ID, BANJARMASIN -- Pergerakan harga karet kontrak Agustus menguat hingga 2,9 persen di pasar Tokyo Commodity Exchange (TOCOM). Hal itu menurut Menteri Pertanian Amran Sulaiman tak lepas dari peran tiga negara penghasil karet dunia yakni, Indonesia, Thailand, Malaysia dalam menentukan harga di pertemuan International Tripartete Rubber Council (ITRC) beberapa waktu lalu.
“Agar negara punya stok, pemerintah mengambil dan menahan stok supaya harga karet dunia naik dan itu sudah terjadi sekarang,” kata Amran kepada Republika.co.id, di Kabupaten Tanah Laut, Kalimantan Selatan, Senin (25/2).
Dia menjelaskan, untuk terus meningkatkan produksi karet lokal yang dapat dieekspor ke luar, pemerintah telah membentuk kajian revisi anggaran sekitar Rp 95 miliar. Rencananya, revisi anggaran dialokasikan kepada para petani yang melakukan program replanting berbentuk pemberian bantuan bibit pada jenis pertanian jagung dan padi, serta asam semut kepada petani karet.
Selain lebih menggenjot produktivitas, kata dia, program replanting atau peremajaan juga dapat membuat biaya produksi pertanian menurun. Efisiensi dinilai menjadi kunci kesejahteraan yang akan dinikmati petani jika menjalankan program replanting.
Dalam pertemuan ITRC, ketiga negara bersepakat mengurangi ekspor karet sebanyak 300 ribu ton. Ketiga negara tersebut menguasai 70 persen total produksi karet dunia. Pemerintah mengklaim, berkurangnya pasokan karet alam di pasar karet dunia membuat keseimbangan pasokan dan permintaan menjadi lebih baik.
Sebelumnya, sejak 2011 tren penurunan harga karet dunia terus terjadi. Kendati demkian, dalam sepekan harga karet berhasil melambung sebesar 6,58 persen secara point to point, sedangkan di awal tahun harga karet tercatat naik sebesar 17,10 persen.