REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Tidak semua sineas mudah menjangkau investor untuk memproduksi filmnya. Deputi Akses Permodalan Badan Ekonomi Kreatif Indonesia (Bekraf) Fadjar Hutomo mengakui beberapa sineas ternama secara personal mudah bertemu dengan investor nanun tidak untuk semua pegiat film.
Untuk menangani hal tersebut, Fadjar mengatakan Bekraf melakukan pendekatan baru kepada investor untuk mendanai pembuatan film para sineas. "Pendekatan baru yang kita sampaikan kepada investor bahwa berinvestasi di film risikonya tinggi jika hanya dilakukan pada satu film saja," kata Fadjar di Ruang Publik Bekraf, Gedung Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Senin (25/6).
Dia menjelaskan, risiko investor akan tinggi jika misalnya memiliki dana satu miliar rupiah namun hanya mendanai satu film saja. Namun, kata Fadjar, jika menggunakan pendekatan portofolio maka risiko investasi untuk mendanai film akan jauh lebih ringan.
"Pendekatannya di portofolio, investasi di sepuluh film dengan genre berbeda dengan cerita beragam mungkin sembilan gagal tapi satu sukses mungkin yang sukses ini bisa mengatasi kerugian yang terjadi di yang lain," jelas Fadjar.
Jadi, lanjut dia, secara portofolio tidak ada yang rugi dalam melakukan investasi film tersebut. Untuk itu, Fadjar memastikan saat ini Bekraf tengah melakukan pendekatan tersebut untuk dikenalkan kepada investor yang tertarik berinvestasi secara mutual fund.