Selasa 26 Feb 2019 11:03 WIB

Lombok Travel Mart Angkat Desa Zaman Belanda

LTM digelar di Kabupaten Lombok Tengah, 1-3 Maret.

Festival Pesona Bau Nyale: Ribuan warga dan wisatawan mengumpulkan Nyale (cacing laut warna-warni) pada Festival Pesona Bau Nyale 2019 di pantai Seger Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Mandalika yang dikelola oleh Indonesia Tourism Development Corporation (ITDC) di Kuta, Praya, Lombok Tengah, NTB, Senin (25/2/2019).
Foto: Antara/Ahmad Subaidi
Festival Pesona Bau Nyale: Ribuan warga dan wisatawan mengumpulkan Nyale (cacing laut warna-warni) pada Festival Pesona Bau Nyale 2019 di pantai Seger Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Mandalika yang dikelola oleh Indonesia Tourism Development Corporation (ITDC) di Kuta, Praya, Lombok Tengah, NTB, Senin (25/2/2019).

REPUBLIKA.CO.ID, MATARAM -- Asosiasi Pelaku Pariwisata Indonesia Nusa Tenggara Barat menggelar Lombok Travel Mart VI. Acara ini akan digelar dengan konsep desa persawahan dan bangunan tua peninggalan zaman penjajahan Belanda di Desa Bonjeruk, Kabupaten Lombok Tengah, 1-3 Maret.

"Kalau di LTM sebelumnya kami mengangkat museum, pantai, air terjun, dan hotel sebagai lokasi utama. Tapi di Lombok Travel Mart (LTM) VI ini, kami mencoba sesuatu yang berbeda dari sebelumnya. Konsepnya "heritage" desa persawahan dan bangunan tua peninggalan zaman Belanda," kata Ketua Panitia LTM VI Leja Kodi.

Baca Juga

Ia mengatakan, Desa Bonjeruk, Kecamatan Jonggat, Kabupaten Lombok Tengah, dipilih sebagai lokasi LTM VI karena dulu pernah menjadi pusat pemerintahan Hindia Belanda di Lombok pada zaman kolonial.

Hal ini masih bisa dilihat pada arsitektur bangunan-bangunan tua yang ada di desa tersebut. Seperti bangunan puri atau pusat perkantoran peninggalan Bondjeroek Hindia Belanda, bangunan rumah peninggalan Belanda dan sebuah masjid bernama Masjid Raden Nunu Unas.    

   

"Desa ini kaya dengan nila-nilai sejarah dan bangunan sisa peninggalan penjajahan Belanda sehingga ini yang coba kami angkat di LTM kali ini, sebuah desa dengamn cita rasa Belanda," ujarnya.

Wanita yang akrab disapa Ingoe ini, mengungkapkan selain memiliki bangunan peninggalan Belanda, Desa Bonjeruk juga kaya akan atraksi budaya serta kuliner yang khas sehingga ini mempertegas bahwa Lombok memang kaya destinasi wisata yang beragam yang tidak di tempat lain.

"Jadi, Lombok ini tidak hanya soal pantai atau air terjun dan gunungnya yang di nikmati, tapi ada kekayaan alam lain yang sesugguhnya memiliki potensi untuk bisa di jual yakni Lombok kaya dengan nilai sejarah," kata dia.

Sekjen Asosiasi Pelaku Pariwisata Indonesia (APPI) NTB Badrun mengatakan di LTM ke VI ini akan diikuti 150 buyers domestik dan mencanegara. Di antaranya Malaysia dan Singapura serta Korea Selatan. Sedangkan, sellers setidakanya akan melibatkan 50-an terdiri dari hotel dan travel agent di NTB.

"Dari 150 buyers ini sudah mengkonfirmasi keikutsertaan mereka di LTM ke VI. Nantinya mereka juga akan kita ajak menikmati suasana desa dengan persawahan, termasuk berkeliling ke destinasi wisata seperti Mandalika," ucap dia.

Selain itu, LTM ke VI ini juga akan dirangkai dengan rapat kerja nasional (Rakernas) APPI yang akan di ikuti seluruh DPD APPI di seluruh Indonesia.

"Nanti di rakernas ini kami akan mencoba membahas isu-isu yang sedang mendera pariwisata, terutama sekali mengenai kenaikan tiket penerbangan dan pemberlakuan bagasi berbayar yang kami nilai sangat memukul industri pariwisata," katanya.

sumber : antara
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement