Selasa 26 Feb 2019 19:59 WIB

Tiga Genre Buku Islam yang Laris dan Diminati Pasar

Literasi buku-buku Islam memiliki tempat yang baik di masyarakat.

Rep: Inas Widyanuratikah/ Red: Nashih Nashrullah
Persiapan IBF 2019. Pekerja menata buku-buku yang akan di jual dalam acara Islamic Book Fair 2019 di Jakarta Convention Center (JCC), Jakarta, Selasa (26/2).
Foto: Republika/Prayogi
Persiapan IBF 2019. Pekerja menata buku-buku yang akan di jual dalam acara Islamic Book Fair 2019 di Jakarta Convention Center (JCC), Jakarta, Selasa (26/2).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Buku Islam memiliki porsi yang baik dalam dunia percetakan buku. Hal ini dibuktikan dengan tiga besar buku paling laris di toko buku selalu terdapat buku Islam.  

Ketua Ikapi DKI Jakarta, Hikmat Kurnia, mengatakan tiga besar itu selalu yang pertama, buku anak dan remaja, kedua buku pelajaran, dan yang ketiga buku Islam. 

Baca Juga

“Belum lagi buku anak di dalamnya kan ada buku Islam. Jadi sebenarnya literasi Islam dalam hal ini buku-buku agama Islam memiliki tempat yang baik," kata Hikmat pada Republika.co.id, Selasa (26/2). 

Ia juga menilai, kesadaran membaca di kalangan umat Islam sudah baik. Indikator di antaranya adalah antusiasme menghadiri pameran buku seperti Islamic Book Fair (IBF). Antusiasme itu tentu tak terlepas dari ajaran Islam yaitu //iqro// atau perintah membaca. 

Hikmat menjelaskan, para pengunjung IBF biasanya tidak datang sendirian. Banyak di antara mereka yang hadir ke pameran buku datang bersama keluarganya baik itu anak ataupun pasangannya. 

"IBF ini juga telah menjadi arena ketemu anak pesantren dengan orang tuanya. Jadi sebetulnya kesadaran untuk menjadikan buku sebagai teman kehidupan itu cukup banyak," kata dia.  

Dia mengatakan literasi adalah hal yang sangat mendasar dalam kehidupan. Literasi yang baik tidak sekadar membaca buku, menulis, atau berdiskusi, namun bagaimana manusia memahami persoalan-persoalan di dunia ini. 

Siapapun yang memiliki literasi yang baik, kata Hikmat, akan cukup baik memahami tentang fenomena di dunia. 

Dia mencontohkan seringnya penyebaran hoaks terkait Pilpres 2019. Orang yang memahami literasi dengan baik tidak akan mudah masuk ke dalam pusaran hoaks. 

"Karena mereka terlatih untuk menyaring, mengkaji, apakah berita itu benar atau tidak. Sementara orang yang tidak punya kemampuan literasi akan dengan mudah percaya hoaks itu," kata dia menjelaskan.  

Lebih lanjut, dia menjelaskan saat ini buku yang ada di Indonesia karya penulis dalam negeri masih tergolong sedikit. Apalagi jika dibandingkan dengan jumlah penduduk Indonesia yang banyak.  

Saat ini, setiap tahunnya sekitar 36 ribu judul buku diproduksi per tahun. Jumlah tersebut memang banyak apabila dibandingkan dengan Malaysia yang hanya 17 ribu judul buku, namun negara tetangga tersebut memiliki jumlah penduduk yang lebih sedikit daripada Indonesia. 

Selain itu, saat ini juga masih banyak buku terjemahan. Oleh karena itu, para penerbit di Indonesia harus mendorong lahirnya karya-karya asli orang Indonesia. 

"Inilah tugas dari para pemangku kepentingan di dunia perbukuan. Makanya kenapa IBF itu lahir, karena nanti pembaca akan berinteraksi dengan penulis, penulis dapat masukan dari pembaca bagaimana buku harus dibuat dan sebagainya," kata dia. 

 

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement