REPUBLIKA.CO.ID, CARACAS -- Presiden Venezuela Nicolas Maduro menuduh Amerika Serikat menciptakan krisis di negaranya untuk memulai perang di Amerika Selatan. Hal itu ia katakan dalam sebuah wawancara televisi.
"Semua yang dilakukan pemerintah Amerika Serikat berakhir dengan kegagalan," kata Maduro kepada stasiun televisi AS ABC seperti dilansir di Telegraph, Selasa (26/2).
Wawancara yang dilakukan dalam bahasa Spanyol itu diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris. "Mereka mencoba untuk menciptakan krisis untuk membenarkan eskalasi politik dan intervensi militer ke Venezuela untuk membawa perang ke Amerika Selatan," kata Maduro.
Stasiun televisi Univison melaporkan rombongan wartawan mereka yang dipimpin pembawa acara Jorge Ramos sudah dibebaskan setelah sebelumnya ditahan di kantor kepresidenan Venezuela ketika mewawancara Maduro. Univision mengatakan Maduro tidak senang dengan pertanyaan-pernyataan yang mereka diajukan. Ia menyita peralatan mereka dan rekaman wawancara tersebut.
"Saya sedang berbicara dengan Jorge Ramos, dia dan anggota tim lainnya dibebaskan," kata Presiden Berita Univision Daniel Coronell di media sosial Twitter.
Untuk menanggapi ciutan Coronell, menteri informasi Venezuela Jorge Rodriguez mengatakan pemerintah Venezuela sebelumnya menyambut baik ribuan jurnalis ke kantor kepresidenan Miraflores. Tapi mereka tidak mendukung 'acara murahan'. Univision dan Departemen Luar Negeri AS menelpon Maduro untuk melepaskan pewarta ABC.
"Kami memaksa atas kebebasan mereka, dunia sedang menyaksikan," kata assisten Menteri Luar Negeri untuk Western Hemisphere Kimberly Breier.
Tidak lama setelah dibebaskan tim Univision melaporkan mereka dideportasi dari Venezuela. Sebelumnya Wakil Presiden AS Mike Pence mengumumkan bantuan sebesar 56 juta dolar AS untuk Venezuela.
Tapi dalam pertemuannya dengan negara-negara Amerika Latin yang tergabung dalam Lima Group dan Kanada, Pence mengatakan AS akan memberikan sanksi yang lebih berat lagi ke Venezuela. Pertemuan tersebut juga dihadiri ketua oposisi Juan Guaido yang telah diakui sebagai pemimpin Venezuela oleh 50 negara.
Maduro mencela pertemuan di Bogota tersebut. Menurutnya, pertemuan itu sebagai upaya membangun pemerintahan pararel Venezuela.
"Washington ingin minyak Venezuela dan bersedia berperang untuk itu, pemerintahan ekstrimis Ku Klux Klan Donald Trump ingin melakukan perang untuk minyak dan lebih dari minyak," kata Maduro.