REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Penulis Asma Nadia menilai geliat literasi umat Islam di Indonesia sudah terlihat perkembangannya. Saat ini, semakin banyak orang yang ingin menjadi penulis yang bukan hanya menulis melainkan juga melakukan syiar.
Dia menceritakan, dirinya yang diundang di sebuah acara di Semarang pada awal Maret mendatang. Panitia menggelar seminar, bukan hanya untuk jadi penulis melainkan bagaimana menjadikan tulisan-tulisan tidak hanya bagus secara estetika tapi juga memiliki pesan di dalamnya. ”Jadi media dakwah. Itu buat saya poin lain," kata Asma, Selasa (26/2).
Dia mengatakan, menulis dengan tulisan yang bagus dan ide-ide menarik adalah hal yang diperlukan, dalam sebuah tulisan. Namun, hal yang penting dilakukan juga menanamkan syiar dakwah dalam tulisan yang dibuat.
Meskipun kesadaran umat Islam sudah terdorong, namun Asma menilai literasi belum tinggi. Dibandingkan dengan penulis Islam zaman dahulu mereka menulis kisah-kisah dalam berbagai kondisi tanpa ada teknologi seperti saat ini.
Bahkan, tidak sedikit penulis membuat karyanya dalam penjara. Berbeda dengan saat ini, sangat mudah untuk menampilkan karya tulisan sendiri.
Literasi, bagi Asma adalah hal yang sangat penting sebab dalam kegiatan literasi khususnya dirinya sebagai penulis, dalam tulisannya dapat ditambahkan nilai-nilai Islam.
"Literasi itu penting, kata Pak Taufik Ismail sendiri sastra berbanding lurus dengan budi pekerti, sastra itu menghaluskan," kata dia.
Dia juga berpendapat, literasi akan menjadi salah satu warisan budaya seiring berjalannya masa. Inilah mengapa harus lebih banyak pegiat literasi di Tanah Air.
Tidak hanya penulis, namun Indonesia juga membutuhkan orang yang sadar akan kebutuhan orang lain akan kebutuhan literasi.
"Saya punya cita-cita dengan relawan Rumah Baca Asma Nadia, 1.000 perpustakaan dhuafa di Tanah Air. Karena kita ingin, kita yang sudah sadar literasi, bukan hanya yang bagus melainkan yang baik, melihat kebutuhan adik-adik di daerah mereka juga harus cerdas literasi," kata dia lagi.